Motivasi: Petinju Legendaris

PETINJU LEGENDARIS

Petinju Legendaris

Aku benci setiap menit latihan, tetapi aku tidak mau berhenti. Lebih baik menderita sekarang dan kelak hidup selamanya sebagai pemenang. ~Muhammad Ali

Pagi itu, di tahun 1974 pukul 10.00, ada jadwal pertandingan tinju, yaitu Muhammad Ali melawan Lary Holmes yang disiarkan langsung oleh TVRI. Kami—anak-anak SD di sebuah kampung yang jauh dari keramaian kota—hanya bisa berandai-andai bisa menonton siaran langsung di TV. Tontonan pertandingan tinju kelas berat di TVRI adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia.
Tiba-tiba, guru kelas kami mengumumkan bahwa hari itu pelajaran hanya sampai pukul 10.00 dan setelah itu anak-anak boleh nonton TV di kelurahan. Kami semua bersorak kegirangan. Acara nonton bareng menjadi sangat meriah. Maklum, saat itu pesawat televisi adalah barang mewah yang hanya dimiliki segelintir orang di desa.
Besar kemungkinan, inilah satu-satunya acara olah raga di televisi yang mampu menyihir masyarakat Indonesia—dan dunia—hingga sekolah terpaksa diliburkan demi menonton pertandingan. Ketika Muhammad Ali bertanding, seluruh dunia dibuat heboh. Bukan hanya sekolah kami yang libur, tetapi banyak sekolah dan kantor-kantor yang harus libur atau istirahat sejenak demi tontonan tinju dunia tersebut. Agaknya, Ali bukan sekedar petinju, tetapi selebritis dan tokoh berpengaruh yang membuat seluruh dunia mengamati segala gerak gerik dan ucapannya.
Popularitas Muhammad Ali tak sebatas di era kejayaan sebagai juara tinju dunia, tetapi hingga akhir hayatnya. Popularitas Ali mengalahkan nama-nama besar tokoh dunia, baik tokoh politik maupun selebritis. Bisa dikatakan, orang di daerah paling terpencil di benua mana pun kenal dengan nama Muhammad Ali.
Di tahun 1990-an, ada sebuah survey tentang merek atau nama yang paling diingat oleh warga dunia. Hasil survey menyebutkan bahwa ada dua nama yang paling popular, yaitu Muhammad Ali dan Coca-Cola. Bisa dibayangkan, betapa hebatnya Ali. Wajar jika Coca-Cola sangat populer karena perusahaan ini menggelontorkan dana triliunan rupiah untuk promosi di berbagai media. Namun, popularitas Ali jelas disebabkan ia selalu punya nilai berita bagi media internasional.
Muhammad Ali lahir pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Ali tiga kali menjadi Juara Dunia Tinju kelas Berat. Namanya mengikuti nama ayahnya, Cassius Marcellus Clay, Sr. Ia kemudian mengubah namanya menjadi Muhammad Ali setelah bergabung dengan Nation of Islam dan akhirnya memeluk Islam pada tahun 1975. Pada tahun 1999, Ali dianugerahi “Sportsman of the Century” oleh Sports Illustrated.
Kepergian Ali menyisakan duka mendalam di dunia olahraga dan masyarakat pada umumnya. Warisan berupa spirit dan kegigihan Ali dituangkan ke dalam kata-kata yang selalu dikenang, sebagaimana kutipan di awal tulisan ini. Kutipan dari ucapan Ali telah membuat banyak orang lebih bersemangat menghadapi tantangan hidup. Dialah yang telah ikut berperan membuat orang yang dianggap kelas bawah mampu bangkit dan mengalahkan banyak hambatan sosial sehingga menjadi sejajar tanpa unsur warna kulit, ras, maupun agama.
Kata-kata bijaknya mencerminkan apa yang telah ia alami. Sebagaimana kata-kata bijak di awal tulisan ini, yang mencerminkan betapa keras perjuangan Ali hingga menjadi juara tinju sejati.
Ali pernah mengatakan, “Orang yang tidak berani mengambil risiko tidak akan meraih apa-apa dalam hidup.” Petuah yang sangat penting bagi orang-orang yang ragu dalam mengambil keputusan.
Suatu ketika ia mengatakan, “Usia adalah apapun yang Anda pikirkan. Usia Anda adalah tergantung pikiran Anda.” Bagi Ali, meskipun sudah usia pensiun dari dunia tinju, tidaklah berarti ia harus merasa tua. Ia tetap bersinar, baik di ring maupun di luar ring. Soal umur hanya soal pikiran saja.
Ia memberi contoh dirinya sendiri, yang menderita Parkinson, tetapi tetap beraktivitas dan tetap berjiwa muda. Justru saat terserang Parkinson, rasa kemanusiaannya tumbuh. Dia menyumbangkan sebagian pendapatan saat bertinju untuk penelitian parkinson yang berkontribusi positif terhadap ditemukannya terapi yang lebih baik. Bahkan Ali membuat pusat parkinson dengan nama Ali Parkinson Center.
Di saat lain, ketika merasa melakukan kesalahan, Ali mengatakan, “Aku melakukan kesalahan. Namun, jika aku dapat mengubah hidup menjadi lebih baik, aku tidak akan menyesal.” ***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

Koleksi Buku GITAPustaka juga kini tersedia di BUKALAPAK (https://www.bukalapak.com/u/gitapustaka?from=dropdown)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>