MOTIVASI: Pertimbangan Keputusan

Motivasi, kepemimpinan ,motivasi, pemikiran positif, tanggung jawab, tindakan

Pertimbangan Keputusan

Kapan pun kamu mengalami konflik dengan seseorang, ada satu faktor yang bisa membedakan antara konflik yang merusak dan konflik yang memperkuat hubungan, yaitu sikap ~Timothy Bentley

Disadari atau tidak, banyak sekali keputusan-keputusan yang harus diambil, mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai kembali ke tempat tidur di malam hari. Banyak keputusan yang harus diambil, mulai dari keputusan memilih menu makanan, menelepon seseorang, mengirim email, membaca buku, jam tidur, jam makan, mencari peluang baru, menabung, hingga investasi baru. Ketika Anda menyediakan waktu untuk membaca buku ini, sikap tersebut juga salah satu hasil dari sebuah keputusan.
Setiap pengambilan keputusan tak lepas dari beragam pertimbangan. Sebagaimana surat keputusan resmi biasanya terdapat klausul menimbang, mengingat, dan memperhatikan sebagai tahap sebelum mengambil keputusan.
Dalam mengambil keputusan, terdapat empat tipe berpikir berdasarkan konsep Emergenetics, yang dipopulerkan oleh Geil Browning dari Amerika Serikat dan populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ragam tipe berpikir ini akan berpengaruh dalam mempertimbangkan sesuatu untuk mengambil keputusan. Keempat tipe berpikir manusia tersebut adalah tipe analitikal, tipe struktural, tipe konseptual, dan tipe sosial.
Melalui serangkaian tes secara online, Emergenetics dapat menunjukkan tipe berpikir seseorang. Dengan mengetahui tipe berpikir, seseorang akan lebih mudah meningkatkan komunikasi dengan orang lain, baik yang setipe maupun berbeda tipe.
Pemahaman terhadap tipe berpikir membuat kita bisa memahami perbedaan setiap orang dalam mempertimbangan sesuatu hingga menghasilkan keputusan. Misalkan, ketika akan melakukan PHK terhadap karyawan, tipe analitikal menggunakan pertimbangan berdasarkan alasan mengapa harus mem-PHK dan dampaknya bagi perusahaan. Dengan hasil analisis yang baik, mereka dapat mengambil keputusan waktu PHK dan terhadap siapa saja.
Sementara orang dengan tipe struktural akan lebih fokus pada tata aturan perusahaan. Jika mendapatkan karyawan bersalah, ia akan mengecek tata-tertib karyawan. Jika terdapat pelanggaran, ia akan melakukan tindakan sesuai dengan peraturan. Jika sudah diputuskan untuk mem-PHK, mereka akan melihat tata aturan mem-PHK seperti berapa kali harus mendapat surat peringatan, aturan pesangon, dan sebagainya.
Tipe konseptual akan lebih mempertimbangkan ide-ide selain PHK atau mencari formula PHK dengan tahapan yang berbeda dari kebiasaan. PHK yang selama ini dilakukan perusahaan bagi tipe konseptual kurang menarik, bahkan istilah PHK sendiri bisa diubah agar lebih memotivasi. Sebagai contoh, istilah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diganti dengan Berkarya di Tempat Baru. Jika perlu diadakan semacam seremonial meriah untuk melepas karyawan yang di-PHK.
Sementara tipe sosial sebagaimana namanya akan mempertimbangkan dampak sosial yang terjadi di lingkungan perusahaan maupun lingkungan keluarga yang terkena PHK. Tipe ini akan merasa cemas dengan nasib karyawan yang terkena PHK, yang mengalami masa menganggur yang lama. Berbeda dengan tipe struktural, yang lebih mementingkan aturan perusahaan dibandingkan sosial.
Lantas, bagaimana sebaiknya keputusan penting dibuat?
Dalam keadaan normal, pemimpin yang baik akan melihat semua aspek. Mereka akan melakukan analisis tentang latar belakang masalah, menguasai duduk perkaranya, hingga sampai pada kesimpulan perlunya melakukan PHK. Selanjutnya, cek tata aturan perusahaan. Kemudian diperlukan ide baru apakah PHK memang harus dilakukan saat ini. Apakah ada alternatif lain? Terakhir, harus juga dipertimbangkan bagaimana sisi kemanusiaannya, apakah PHK ini akan berdampak besar bagi keluarganya, bagi hubungan dengan rekan kerja dan sebagainya.
Ini hanya sekedar contoh mengenai PHK. Dalam pengambilan keputusan apapun, kita cenderung mempertimbangkan sesuatu yang sesuai dengan tipe berpikir kita. Tak heran, tim yang bagus selalu terdiri dari orang-orang memiliki tipe berpikir yang berbeda sehingga bisa saling melengkapi.
Beberapa waktu lalu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini membuat keputusan relokasi pasar ke lokasi yang lebih bersih dan tidak mengganggu lalu lintas. Bagi tipe struktural, hal yang pertama dilihat adalah pedagang sudah melanggar aturan tata tertib kota sehingga harus segera dipindah ke lokasi yang sudah disediakan pemerintah kota. Seandainya Walikota hanya mempertimbangkan dari sisi tata aturan saja, sangat mungkin terjadi pertengkaran antara Satpol PP dengan pedagang yang akan dipindah. Tak usah heran, ujung-ujungnya pasti terjadi ricuh.
Untunglah, Walikota Surabaya tersebut mencari ide baru agar semua pedagang mau pindah ke lokasi yang telah ditentukan. Muncullah ide cemerlang yang terbukti tidak menimbulkan pergolakan antara pihak pemerintah dengan para pedagang. Pemkot meminta agar penyalur barang menghentikan secara bertahap pasokan ke lokasi kaki lima. Apa yang terjadi kemudian? Para pembeli merasa bahwa barang dagangan di lokasi itu kurang lengkap dan secara bertahap mencari lokasi pasar baru. Demikian seterusnya hingga satu demi satu para pedagang pindah ke pasar yang sudah disediakan pemerintah karena jumlah pembeli di tempat lama semakin sedikit. Keputusan relokasi dapat dieksekusi dengan mulus tanpa pergolakan.***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752

Achmad : 0896 1748 4158

Alamat : Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520 Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408 No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama BCA : 733 030 1681 MANDIRI : 126 000 2074 119

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>