Motivasi: Menciptakan Keunggulan

Menciptakan Keunggulan

Menciptakan Keunggulan

Dengan memiliki keunggulan yang sangat tajam, kelemahan akan tertutupi.

Pada tahun 1980-an, Indonesia menjadi raja bulu tangkis dunia yang nyaris tak terkalahkan di arena mana pun. Jika sudah bicara bulu tangkis, negara mana pun akan iri melihat kehebatan Indonesia. Namun, China tak kurang akal. Untuk dapat mengalahkan Indonesia, negara ini mengundang pelatih Indonesia untuk mengajari pemain bulu tangkisnya.
Tim China sudah mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan para pemainnya. Informasi ini disampaikan kepada pelatih yang khusus didatangkan dari Indonesia. Pemain A ahli smash, tapi lemah dalam menerima umpan. Pemain B ahli menerima umpan, tetapi lemah di smash. Pemain C unggul di teknik tertentu dan lemah di teknik lainnya. Begitu seterusnya. Para pemain China meminta cara mengatasi kelemahan para pemain agar bisa mengalahkan pemain bulu tangkis Indonesia dan negara lainnya.
Rupanya pelatih asal Indonesia berpikir sebaliknya. Bukan mengatasi kelemahan, ia justru meningkatkan fokus untuk meningkatkan keunggulan yang sudah dimiliki para pemain. Konon, dari sinilah awal pemain China sanggup mendunia.
Karena sangat bagus dalam melakukan smash, latihan si A difokuskan pada cara melakukan smash yang membuat lawan terkaget-kaget setiap hari. Jenis smash diperkaya dan dibuat lebih inovatif agar lawan semain kewalahan.
Bagaimana dengan kelemahan menerima smash dari lawan main? Tidak jadi soal. Latihan tidak difokuskan menerima hantaman dari lawan main. Namun, hal yang penting adalah kemampuan melakukan smash, yang bisa membuat lawan tanding gelagapan. Dengan memiliki keunggulan yang sangat tajam, kelemahan akan tertutupi. Tak hanya itu, kelemahan akan berkurang dengan sendirinya karena sudah percaya diri dengan keunggulannya. Strategi ini terbukti sukses membawa tim China memenangkan pertandingan di tingkat dunia dan China memiliki pemain yang sangat tangguh untuk mengalahkan Indonesia.
Terkadang kita sibuk memikirkan bagaimana mengatasi kelemahan. Padahal dengan cara itu banyak waktu yang terbuang. Cobalah berpikir sebaliknya, yaitu meningkatkan satu keunggulan yang membuat orang lain mengakui kehebatan kita. Dengan begitu, kekurangan kita di bidang lain akan dilupakan orang.
Coba perhatikan orang-orang hebat di sekitar kita. Pada umumnya, mereka bukan orang yang serba bisa. Mereka hebat dalam pidato, hebat dalam menulis, hebat dalam merancang kegiatan, hebat dalam merumuskan masalah, hebat menyanyi, menari, melukis dan sebagainya. Bidang-bidang itu pun bahkan dipecah lagi, misalnya penyanyi khusus lagu rock, pelukis wajah, penulis novel, dan sebagainya.
Dalam bisnis pun sama. Saat hendak mendirikan bisnis, banyak orang yang ingin menjalankan bisnis apa saja, yang penting dapat untung. Ini adalah level awal kewirausahaan. Kelak ketika masuk ke dalam persaingan, Anda akan mengetahui letak kekuatan yang dimiliki dan akhirnya fokus pada bidang tertentu. Anda boleh memilih, mau menjadi hebat seperti Jacob Utama (Kompas-Gramedia), hebat seperti Mark Zuckerberg (pencipta jejaring sosial Facebook), atau menciptakan kategori sendiri. Anda tidak perlu menguasai semua bisnis untuk menjadi pebisnis sukses.
Hal yang sama bisa kita lihat dalam hal keilmuan. Ilmu pengetahuan demikian luasnya sehingga sangat sulit bagi seseorang untuk menguasai semuanya. Tampaknya, Tuhan memang menciptakan manusia untuk memiliki peran masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Menciptakan keunggulan dalam berbagai bidang tidaklah mudah. Suatu hari, saya bertanya kepada seorang pengusaha tentang bagaimana cara meraih keunggulan dalam persaingan.
“ Jadilah yang pionir,” katanya.
“Saya belum tentu bisa menjadi pionir,” kilah saya.
“Kalau tidak bisa jadi yang pionir, jadilah yang terbaik”.
“Itu juga sangat sulit,” kilah saya lagi.
“Ini yang terakhir, jadilah yang berbeda,” tegasnya.
Dengan menjadi berbeda, otomatis kita menjadi pihak yang pertama dan terbaik di dalam “perbedaannya”. Ilmu marketing mengajarkan diferensiasi. Anda atau produk Anda akan dilihat calon konsumen jika memiliki direfensiasi yang baik dang menguntungkan bagi mereka.
Kesimpulannya, jika sudah memiliki keunggulan, jadikan keunggulan itu benar-benar unggul. Jika belum mampu menciptakan keunggulan, buatlah perbedaan sehingga Anda terlihat unggul dalam kategori baru yang berbeda. ***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>