MOTIVASI: Memahami Pola Pikir

Motivasi, kepemimpinan ,motivasi, pemikiran positif, tanggung jawab, tindakan

Memahami Pola Pikir

 

Untuk menjadi pemimpin yang baik, Anda perlu memahami ragam pola berpikir manusia ~Agus E. Purwanto

 

Tatkala ditunjuk sebagai pemimpin, kemampuan apa yang wajib kita miliki? Ada yang berpendapat bahwa kita wajib memiliki kemampuan menyusun dan menjalankan visi dan misi organisasi. Ada yang berpandangan bahwa kita wajib punya langkah perbaikan di 100 hari pertama. Memang, ada beragam tuntutan untuk menjadi seorang pemimpin, baik pemimpin di lembaga formal maupun non formal.
Di tingkat manajerial, tuntutan sebagai manajer tampak sederhana, tetapi tidak mudah. Mereka dituntut bisa mengayomi bawahan dan bisa berhubungan baik dengan atasan. Contohnya seperti keluhan para manajer dan supervisor berikut.
“Saya sudah memberi instruksi begitu jelas ke bawahan saya, tetapi mereka tidak peduli. Anak buah kok sangat sulit diatur, nggak seperti saya dulu ketika jadi bawahan.”
“Saya sudah memberi bonus terbaik pada anak buah saya, tetapi mereka tidak termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi,” keluh yang lain.
“Saya sudah menyusun deskripsi tugas yang jelas untuk semua anak buah saya, tetapi anak buah tidak bisa mematuhi pekerjaan tersebut. Generasi sekarang memang pemalas,” kata manajer yang lain lagi.
Perlu diingat, leadership dan manajerial tidak hanya sekadar visi, misi, dan strategi. Bukan tentang struktur organisasi, bukan pula hanya soal deskripsi tugas. Hal yang tak kalah penting adalah memahami pola berpikir orang lain, khususnya anak buah atau orang yang dipimpin. Hal ini justru jarang dibahas di seminar dan pelatihan leadership mana pun.
Saran-saran yang paling sering kita dengar tentang leadership adalah tentang keteladanan, cara memotivasi dan mendorong anak buah, atau pun cara menggambarkan visi-misi organisasi. Jika sudah memiliki visi yang jelas dan sudah mampu memberi teladan sikap yang baik, apakah kepemimpinan kita akan efektif? Jawabnya, belum tentu.
Buku karya Agus Purwanto yang berjudul Kenali Kekuatan Pola Berpikir Anda, menggambarkan dengan cukup jelas ragam pola berpikir manusia dan cara aplikasinya untuk kepemimpinan.
Jika Anda merasa nyaman saat bekerja pada struktur organisasi yang jelas dan tata aturan yang ketat, pola pikir Anda—kemungkinan besar—adalah Tipe Struktural. Jika Anda memiliki anak buah dengan tipe ini, Anda akan mudah menanganinya. Tata aturan perusahaan yang jelas akan membuat ia bekerja dengan tenang. Jika berprestasi, ia perlu menerima surat ucapan selamat dan terima kasih dan surat itu akan memotivasi dirinya. Ia akan memajangnya di kamar atau ruang kerjanya. Jika kelak ia tidak mencapai target dan tidak mendapatkan bonus, orang tipe ini akan paham dan tidak mengeluh. Namun, jangan mengira bahwa anak buah Anda yang lain juga punya pola pikir yang sama.
Ada orang yang lebih kuat dalam analisis tentang “mengapa” dan “bagaimana”, yang termasuk dalam Tipe Analitikal. Tipe ini mengambil keputusan berdasarkan pada analisis tajam tentang “mengapa harus ini”, “mengapa harus begitu” dan “bagaimana dampaknya”. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) cocok untuk tipe ini.
Namun banyak orang yang apriori dengan analisis ini.“Nyatanya, sudah menggunakan SWOT tetapi perusahaan nggak maju juga. Saya sudah paham masalahnya tanpa SWOT dan saya yakin bisa memajukan usaha ini dengan insting saya,” kata seorang karyawan. Orang ini kemungkinan bukan masuk dalam kategori pola pikir Tipe Analitikal. Bisa jadi ia punya pola pikir Tipe Konseptual atau bisa juga Tipe Sosial.
Tipe Konseptual akan berpikir tentang-ide-ide baru, hal-hal yang kurang lazim, dan unik. Istilah anak sekarang, anti mainstream. Mereka yang memiliki tipe bepikir seperti ini sering membayangkan sesuatu yang jarang dipikirkan orang lain. Tatkala ada temuan teknologi android, ia sudah bisa membayangkan bagaimana caranya teknologi ini bisa menjadi remote control, menjadi CCTV, dan sebagainya. Bahkan ketika duduk di suatu ruangan dan melihat lengkungan garis di tembok, ia bisa membayangkan bentuk gambar lain seperti gunung, langit, atau apapun yang kemudian melahirkan ide baru.
Orang dengan tipe ini gampang bosan dengan suasana monoton. Tidak nyaman bekerja dalam struktur hirarki organisasi dan tidak suka dikekang dengan tata aturan yang ketat. Jika ia berprestasi, ia tidak suka dengan hadiah wisata yang umum seperti ke Bali, Jogya, atau kota lainnya. Sangat mungkin dia akan sangat antusias jika diberi hadiah wisata yang aneh, misalnya ke Nusa Kambangan, naik perahu malam hari, dan masuk ke area rumah tahanan.
Lain lagi dengan Tipe Sosial. Meskipun sama-sama dikategorikan otak kanan, tipe ini berbeda dengan Tipe Konseptual. Orang bertipe sosial lebih berpikir tentang “siapa”. Seorang teman bercerita, kalau libur keluar kota, misalnya di Bali selama 3 malam, ia menjadwalkan pindah hotel setiap hari. “Biar saya nambah kenalan di beberapa hotel,” demikian alasannya. Itulah contoh Tipe Sosial. Jika datang ke sebuah pameran, informasi yang pertama dicari orang bertipe sosial adalah siapa saja teman atau relasi yang akan hadir di pameran.
Jika hendak mem-PHK karyawan, pemimpin dengan masing-masing tipe yang dimilikinya akan mempunyai pertimbangan yang berbeda. Begitu pula saat ia hendak mengambil keputusan lainnya. Dengan memahami tipe berpikir seseorang, kita akan lebih mudah memahami jalan pikirannya. ***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752

Achmad : 0896 1748 4158

Alamat : Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520 Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408 No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama BCA : 733 030 1681 MANDIRI : 126 000 2074 119

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>