Motivasi: Lingkaran Setan dan Lingkaran Malaikat

setan & malaikat

Lingkaran Setan dan Lingkaran Malaikat

Yang menentukan bukan apa yang sudah diambil dari dirimu, tetapi apa yang kamu lakukan dengan apa yang tertinggal ~Hubert Humphrey

Di sebuah forum, Wawan (bukan nama sebenarnya) mengisahkan masalah berat yang dihadapinya saat puluhan toko mainan anak-anaknya mengalami kerugian. Hutang ke pemasok mainan menumpuk hingga miliaran rupiah. Tokonya tidak mampu membayar akibat stok barang di toko sudah tidak diminati pelanggan. Kesalahan memprediksi kebutuhan pelanggan menjadi penyebab utamanya.
Ia menghadapi pilihan yang sangat sulit. Jika puluhan toko ditutup dan semua barang dijual, ia tetap tidak dapat membayar hutang karena harga jual barang sudah turun drastis. Jika tetap buka, biaya operasional terus meningkat, tidak sebanding dengan penjualan yang mengalami penurunan. Jika stok barang dagangan ditambah dengan produk baru yang sedang ngetrend, ia pun tak punya modal. Pinjam ke bank sudah tidak bisa, apalagi meminjam ke perusahaan pemasok yang sudah mulai hilang kepercayaan pada dirinya.
“Saya menghadapi lingkaran setan,” kenangnya.
Untunglah, Wawan berpikir kreatif. “Karena ini lingkaran setan, saya harus mengakhirinya dengan menemukan lingkaran malaikat,” tekadnya. Ungkapan itu disambut senyum dan tawa hadirin yang mendengar istilah barunya, lingkaran malaikat. Tampaknya, hadirin mulai penasaran dan ingin tahu, seperti apa lingkaran malaikat Wawan hingga ia dapat kembali pulih dari kebangkrutan dan bisnisnya menjadi lebih maju pesat?
Wawan pun melanjutkan kisahnya. Berhari-hari ia mencari solusi untuk menemukan lingkaran malaikatnya. Namun pikirannya buntu. Tak ada yang dapat diajak diskusi. Bertanya ke orang lain tak mendapat jawaban konkret. Paling hanya disuruh tawakal atau malah disalahkan karena tidak mampu memprediksi trend perubahan pasar mainan anak yang berubah sangat cepat.
Akhirnya, ia pun melakukan hal yang akan dilakukan semua orang ketika terbentur kebuntuan, yaitu berdoa, memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Sementara itu, berkali-kali pemasok barang terus menagih hutang dengan gigih. Meskipun mereka tahu pasti, jawaban yang akan diterima tentu tidak memuaskan, hanya janji-janji belaka.
Kondisi toko semakin sepi pembeli. Motivasi kerja karyawan pun semakin merosot. Tak ada jalan lain, kecuali langsung menghadapi pemasok barang. Saat itu, kondisi keuangan sudah sangat parah. Semua mobil sudah dijual sehingga ia naik angkutan umum dari rumahnya di Bekasi ke daerah Cawang, Jakarta Timur. Dari Cawang, ia berjalan kaki ke daerah Tebet, Jakarta Selatan, tempat kantor perusahaan pemasok itu berada. Jalan kaki sejauh 5 km dalam panas terik pasti bukan peristiwa biasa baginya. Begitu pula bagi kebanyakan orang di Jakarta.
Sepanjang perjalanan menuju Tebet, ia berdoa agar diberikan jalan keluar dari kemelut bisnis yang tengah dihadapinya. “Ya Allah, hanya Engkau yang bisa menolongku,” ucapnya berulang-ulang. Sampai di lokasi, ia belum juga punya ide yang akan ditawarkan ke perusahaan pemasok untuk menyelesaikan semua hutangnya.
Manajer perusahaan pemasok menerima kehadirannya. Pembicaraan diawali dengan pernyataan manajer yang menohok dirinya. “Pak, saya diminta oleh bos saya agar kami tidak memasok barang lagi ke toko Bapak, sebelum Bapak menyelesaikan persoalan hutang,” kata manajer tersebut.
Kalimat pembuka ini terasa membuat situasi bertambah buntu. Namun, entah mengapa, justru inilah yang menjadi titik awal Wawan menemukan lingkaran malaikatnya.
“Begini Pak, saya mengalami kejadian ini bukan karena korupsi. Ini semata-mata masalah kesalahan manajemen. Bapak tahu, kami belum bisa membayar hutang. Saat ini saya tidak dapat berjualan karena tidak ada produk yang diminati pasar. Jika Bapak dapat memberi pinjaman lagi, niscaya ada harapan saya bisa menyicil hutang. Sebaliknya, jika tidak dipasok barang, perusahaan Anda juga rugi karena saya sangat sulit membayar hutang,” urai Wawan.
Penjelasan demi penjelasan pun ia sampaikan. Intinya, dengan memasok produk baru yang sedang diminati pelanggan, toko akan dapat kembali memutar uang dan cicilan hutang sudah dapat dimulai.
Dengan alasan logis itulah sang manajer kembali menyampaikan, “Pak, saya tadi dipesan oleh Bos saya agar tidak memasok barang lagi sebelum Pak Wawan membayar hutang. Tapi penjelasan tadi akan saya coba sampaikan ke Bos saya”.
Sungguh di luar dugaan, ternyata manajer tersebut langsung menelpon bosnya dan segera menyampaikan beberapa alasan agar bisa segera membantu memasok barang agar ada harapan piutang dapat ditagih secara bertahap. Ajaibnya lagi, sang bos menyetujui usulan manajer.
Mulai saat itulah ditemukan lingkaran malaikat yang mampu menyelamatkan bisnisnya. Lingkaran malaikat itu adalah pemasok yang kembali mengirimkan barang. Selanjutnya, toko sudah mulai menjual produk yang sedang ditunggu para pelanggan. Dengan penjualan yang berkembang ini, karyawan semakin termotivasi untuk bekerja lebih baik dan hutang sudah mulai bisa dicicil. Satu langkah itu ternyata merubah semuanya, bagai langit dan bumi.
Jika Anda tengah menghadapi lingkaran setan, segeralah cari satu langkah yang dapat menghadirkan lingkaran malaikat. Jangan abaikan pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Mohonlah bersungguh-sungguh dan Ia akan memberikan jalan-Nya.***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

Koleksi Buku GITAPustaka juga kini tersedia di BUKALAPAK (https://www.bukalapak.com/u/gitapustaka?from=dropdown)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>