Motivasi: Kehilangan Koin Penyok

Koin Penyok_1

Kehilangan Koin Penyok

“Bila kita sadar bahwa kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?” ~G. W.

BurnsSuatu saat, seorang kawan yang “pernah sukses” beternak ayam di Jawa Tengah bertemu saya untuk menyatakan “kapok” menjadi peternak ayam. Pasalnya, mobil dan rumahnya ludes gara-gara ayam. Kok bisa?

Ia memulai usahanya dari nol. Kemudian, selama beberapa tahun, usaha ayam broilernya berkembang pesat hingga ia dapat membeli rumah dan kendaraan. Sebuah prestasi yang membanggakan keluarga.

Suatu saat, gejolak harga ayam terjadi. Selama beberapa bulan, harga jual ayam di bawah biaya produksi. Cadangan “devisanya” tak sanggup menutupi kerugian. Hutang ke pemasok sarana produksi semakin membengkak hingga ia tak sanggup lagi melanjutkan. Ia memilih berhenti dan segera melunasi hutangnya dengan menjual rumah dan mobil. Ia kembali ke nol, bahkan minus.

Setelah itu, ia memutuskan untuk merintis usaha baru yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan peternakan. “Dulu saya nggak punya rumah, sekarang kembali seperti semula. Tidak apa-apa. Semua harta kan titipan saja. Saya harus bangkit lagi,” ceritanya dengan nada bijak.

Ada lagi cerita dari sahabat lain, yang tinggal di Jakarta. Rumahnya kemalingan dua hari berturut-turut. Hari pertama di waktu magrib. Sepeda motornya lenyap dibawa maling, yang menyelinap ke halaman rumah ketika satu keluarga sedang salat berjamaah di rumah. Malam berikutnya, mobil yang diparkir di garasi—yang tertutup dan terkunci—juga dibawa maling, entah dengan teknik apa. “Untungnya”, kedua kendaraan itu full asuransi. Meskipun prosedur asuransi sangat berbelit-belit, akhirnya ia mendapatkan klaim asuransi sesuai perjanjian. Sebuah pengalaman kehilangan yang pasti sulit dilupakan.

Bicara soal kehilangan, saya menyukai kisah tentang kehilangan koin penyok. Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya. Ia berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan pokok untuk keluarganya.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, sedangkan istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini dan ia tidak yakin bahwa perjalanan kali ini akan membawa keberuntungan. Ia membutuhkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Merasa penasaran, ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu, ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller bank memberikan saran. Lelaki itu pun mengikuti anjuran si teller, yaitu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dolar.

Begitu senangnya, ia mulai memikirkan apa yang akan dilakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, ia melihat beberapa lembar kayu sedang diobral. Dengan kayu itu, ia bisa membuatkan beberapa rak untuk keluarganya. Sesudah membeli kayu seharga 30 dolar, ia memanggul tumpukan kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan, dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pembuat mebel yang sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya tinggi. Kebetulan, pada waktu itu ada pesanan mebel yang harus diselesaikan. Dengan segera, pembuat mebel menawarkan uang sejumlah 100 dolar kepada lelaki itu.

Terlihat keraguan di mata laki-laki itu. Dengan antusias, pembuat mebel meyakinkannya dan menawarkannya pilihan mebel yang sudah jadi untuk dibawa pulang. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dengan hati bahagia, ia segera membawanya pulang. “Pasti istriku bahagia sekali hari ini,” pikirnya.

Di tengah perjalanan, dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela. Tak diduga, ia melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dolar. Ketika lelaki itu tampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dolar. Lelaki itu pun setuju.

Sang lelaki mengembalikan gerobak ke pembuat mebel dan beranjak pulang dengan mengantongi uang 250 dolar. “Uang ini bisa dipakai untuk membeli lemari dan beberapa keperluan lainnya. Istriku pasti senang sekali,” batin lelaki itu dalam hati.

Di pintu desa dekat rumah, dia berhenti sejenak dan ingin memastikan jumlah uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran uang bernilai 250 dolar. “Terima kasih Tuhan, Engkau memberikan keberuntungan yang luar biasa hari ini,” ujar lelaki itu sambil mengamati rejeki nomplok, 250 dolar!

Pada saat itu, seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki yang kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Dalam satu hari, lelaki ini mengalami peristiwa dari nol kembali ke nol. Ia sadar, semula ia tak memiliki apa-apa. Jika berpikir telah kehilangan 250 dolar, ia pasti merasa sangat sedih. Namun, ia hanya berpikir tentang hilangnya koin penyok, perasaannya pun menjadi lebih ikhlas.

“Bila kita sadar bahwa kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?” kata GW Burns dalam bukunya The Healing Stories. Salam sukses.***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>