Motivasi: Arah Sebaliknya, Ramai Lancar

Persaingan tidaklah penting karena yang penting adalah inovasi.

Arah Sebaliknya, Ramai Lancar

Persaingan tidaklah penting karena yang penting adalah inovasi.

Gemar menyimak siaran radio di Jakarta pagi hari? Anda akan mendengar laporan dari sang penyiar, kurang-lebih seperti ini, “Lalu lintas dari arah Bekasi dan Bogor menuju Semanggi terpantau padat. Kemacetan terjadi di daerah Cawang, tepatnya di persimpangan jalan dari arah Bogor dan Bekasi. Sementara itu, arah sebaliknya ramai lancar.”
“Lalu lintas dari arah Pasar Minggu menuju Pancoran terpantau padat merayap dan terjadi kemacetan di lampu merah Tugu Pancoran. Arah sebaliknya ramai lancar. Demikian pula dari arah Tangerang dan Grogol menuju Sudirman padat merayap, arah sebaliknya ramai lancar.”
Bagi Anda yang tinggal di sekitar Jabodetabek pasti paham betul informasi ini. Mayoritas pusat bisnis dan perkantoran Jakarta berada di sekitar Jalan Sudirman, Thamrin, dan Rasuna Said. Di pagi hari, kaum pekerja yang mayoritas tinggal di pinggiran Jakarta berbondong-bondong menuju lokasi ‘segitiga emas’ itu. Sementara sebagian kecil berjalan ke arah sebaliknya. Tak heran jika lalu-lintas yang menuju arah sebaliknya ramai dan lancar.
Pada sore hari, ketika mereka pulang kerja, terjadi peristiwa sebaliknya. Dari arah pusat bisnis menuju pinggiran Jakarta padat dan macet. Sementara arah sebaliknya, ramai dan lancar.
Orang yang tinggal di Jakarta dan mendapat pekerjaan di sebuah pabrik di pinggiran Jakarta merasa senang karena hampir setiap hari mengalami perjalanan yang ramai lancar. Pasalnya, ia melawan arus umum. Setiap hari, Ia berjalan ke “arah sebaliknya”, bukan?
Dalam dunia bisnis, ada istilah bisnis kerumunan, yaitu peluang bisnis yang mudah ditiru dan bisa dilakukan siapa saja. Ketika ada info harga tanaman hias tertentu melangit, orang berbondong-bondong menanam tanaman tersebut. Terjadilah over supply dan harga pun jatuh. Disebabkan saluran pasar mampet, terjadilah persaingan berat, diikuti modus banting harga. Saat itulah terjadi kemacetan pasar.
Demikian pula dalam dunia kerja. Info lowongan kerja menjadi santapan wajib bagi lulusan perguruan tinggi dan sekolah menengah. Disebabkan jumlah lowongan tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, acara bursa kerja menjadi ramai pengunjung. Saat itu, pengunjung begitu padat untuk berebut formulir lamaran kerja. Padahal, untuk masuk ke lokasi pameran bursa kerja, setiap pengunjung harus membayar sejumlah uang sebagai tanda masuk. Akibat supply pekerjaan jauh melampaui permintaan, terjadilah kepadatan lalu lintas pelamar kerja.
Dalam dunia kerja maupun dunia bisnis pun ada “arah sebaliknya” yang ramai lancar. Dalam dunia bisnis dikenal konsep strategi blue ocean (samudera biru), yang digagas oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne. Dalam konsep ini, persaingan tidaklah penting karena yang penting adalah inovasi. Orang-orang yang ingin memenangkan persaingan adalah orang yang masuk ke samudera merah (red ocean). Sementara yang mau keluar dari persaingan adalah mereka yang masuk ke samudera biru.
Jatuhnya harga komoditas pertanian, termasuk harga ayam sewaktu-waktu disebabkan para pemain bisnis ayam berada di samudra merah. Wajar jika di saat tertentu, para peternak menikmati harga yang bagus. Sementara di saat lain, mereka harus rela menerima harga yang rendah, bahkan merugi. Jika ingin keluar dari samudra merah, Anda membutuhkan inovasi pemasaran yang berbeda dengan arus umum. Arus itu bisa berupa inovasi produk, merubah jalur distribusi, membentuk jaringan penyimpanan, atau strategi lain yang unik, baru, segar, dan bisa diterima target pasar.
Contoh konsep blue ocean strategy adalah gerai roti Bread Talk. Bread Talk mengusung strategi yang berbeda dari kebanyakan toko roti konvensional yang pernah ada. Mereka menawarkan roti yang fresh dan juga fashionable. Disebut fashionable karena kebanyakan isi roti mereka berada di luar. Dengan begitu, tampilan roti mereka menjadi jauh lebih menarik dan sedap dipandang. Antrian di Bread Talk adalah seni yang disenangi para pelanggan. Aneh juga, orang bisa bangga jika antri beli roti di Bread Talk!
Dalam dunia kerja, kita tahu bahwa semakin hari persaingan semakin sengit. Ini jelas samudra merah yang berdarah-darah. Untunglah, masih banyak yang secara berani mengambil langkah keluar dari persaingan kerja. Mereka adalah lulusan yang mencoba merintis bisnis sendiri atau bergabung mendirikan sebuah institusi yang dapat dikembangkan secara mandiri. Mereka yang melakukan langkah ini memiliki keyakinan kuat bahwa rejeki akan dapat diraih secara terhormat melalui entrepreneurship. Mungkin pada awalnya mereka harus hidup dengan pendapatan seadanya. Namun kelak, jika mampu melakukan pengembangan bisnis, merekalah yang akan menjadi pencetak lapangan kerja yang sangat hebat.
Konsep blue ocean maupun red ocean adalah sebuah pilihan. Semua ada risikonya. Di dalam red ocean, kita harus memiliki tim yang tangguh untuk bersaing dan mereka memang dididik untuk menjadi petarung. Sementara di area blue ocean, yang berkumpul adalah para kreator dan inovator.
Sama seperti perjalanan lalu-lintas di kota besar. Kita tinggal memilih, mau ikut arus kepadatan dan kemacetan atau arah sebaliknya yang ramai lancar. Kepadatan dan kemacetan terjadi karena lalu-lintas menuju arah area emas. Sementara di arah sebaliknya, yang ramai lancar, kita harus menemukan atau bahkan menciptakan area emas terlebih dahulu. ***\

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

Koleksi Buku GITAPustaka juga kini tersedia di BUKALAPAK (https://www.bukalapak.com/u/gitapustaka?from=dropdown)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>