FOKUS: Vaksinasi dan Biosekuriti Juga Butuh Dukungan

VAKSINASI DAN BIOSEKURITY_3

Vaksinasi dan Biosekuriti Juga Butuh Dukungan

 

Usaha budidaya unggas broiler dan layer semata-mata ditujukan untuk menghasilkan produk sehat dan aman dikonsumsi oleh konsumen. Tujuan dari usaha itu sendiri adalah bagaimana bisa menekan angka sakit untuk mendapatkan hasil optimal pada saat panen. Beragam cara kerap dilakukan peternak, termasuk di dalamnya usaha atau tindakan pencegahan penyakit dengan melakukan vaksinasi dan penerapan biosekuriti.

 

Peranan Vaksinasi

Namun, kadangkala ternak yang sudah dijaga bisa kebobolan juga. Bagaimana itu bisa terjadi dan apa faktor penyebabnya? Sebenarnya apa yang harus diperhatikan dalam menyusun program vaksinasi yang tepat? Apalagi mengingat tahun ini Indonesia sudah menerapkan pembatasan dan pelarangan penggunaan antibiotik (AGP). Tim Research and Development, PT Sanbio Laboratories, mengungkapkan, bahwa peternak dalam melakukan vaksinasi harus memperhatikan riwayat dari kasus atau pengalaman vaksinasi sebelumnya. Kemudian penting juga untuk menentukan jenis vaksin atau strain vaksin dan jumlah kandungannya, selain menjadwalkan vaksinasi dan aplikasinya (SC, tetes mata/hidung, oral atau spray).

“Manfaat ketika menerapkan program vaksinasi yang tepat akan menghasilkan ayam yang sehat dengan produksi maksimal. Tentunya akan memberikan benefit bagi pelaksana usaha peternakan. Sebaliknya jika program vaksinasi gagal akan berdampak pada kesehatan unggas,” ujar Tim Research and Development, PT Sanbio.

Mereka mencontohkan, vaksinasi Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) yang tidak tepat strain dengan kondisi lapangan akan memicu adanya shading virus ke lapangan. Jika kondisi lapangan buruk dan tantangan virus lapang tinggi, maka outbreak penyakit dapat terjadi.

Adapun faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan dari program vaksinasi:

  • Penyusunan program vaksinasi tepat.
  • Aplikasi vaksinasi, karena berbeda pada tiap jenis vaksin.
  • Dosis vaksin yang diberikan harus sesuai anjuran.
  • Waktu vaksinasi, misalnya tidak melakukan vaksinasi pada waktu siang hari dalam kondisi panas.
  • Manajemen vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi yang tepat memberikan jaminan terbentuknya perlindungan sempurna setelah vaksinasi. Vaksinasi yang terburu-buru atau kesalahan teknis akan menyebabkan kegagalan vaksinasi.
  • Kondisi ayam saat vaksinasi. Apabila vaksinasi dilakukan saaat ayam dalam keadaan stress atau sakit maka sistem kekebalan tubuh tidak akan merespon dengan baik, sehingga kekebalan yang diharapkan tidak terbentuk dengan cukup.
  • Maternal antibodi pada unggas muda. Salah satu dari faktor yang menyebabkan kegagalan vaksinasi adalah masih tingginya maternal antibodi. Penentuan waktu yang tepat untuk vaksinasi unggas muda sangat penting, karena hanya ada celah waktu yang singkat antara saat berkurangnya maternal antibodi, terbentunya zat kebal hasil vaksinasi dan terjadinya infeksi virus. Tujuan vaksinasi adalah agar pada celah waktu tersebut kekebalan terbentuk sebelum terjadi infeksi virus.

 

“Tentunya program vaksinasi harus secara terus menerus dievaluasi, diikuti dengan penerapan biosekuriti dan pemberian multivitamin dan herbal yang mendukung kekebalan tubuh juga penting dilakukan. Selain itu, manajemen kandang juga mutlak diperlukan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang berubah-ubah,” jelasnya saat diwawancarai awak Infovet.

 

Penerapan Biosekuriti

Berbicara masalah biosekuriti dapat diartikan sebagai tindakan pencegahan masuknya kuman patogen/bibit penyakit (virus, bakteri, parasit, jamur).

Biosekuriti merupakan cara efektif dalam menjaga sanitasi dan masuknya penyakit ke peternakan. Dengan penerapan biosekuriti yang konsisten, peternak dapat mengurangi penularan penyakit dan meminimalisir tingkat kematian ternak.

Sebab banyak sekali yang dapat menjadi sumber pembawa penyakit pada ternak, diantaranya ayam itu sendiri, manusia, pakan, air minum, kotoran, limbah peternakan, hama (tikus dan serangga), unggas liar, serta hewan lain (anjing, kucing, dan sebagainya). Belum lagi perubahan cuaca yang fluktuatif membuat pemeliharaan ternak harus ekstra ketat.

Penerapan biosekuriti yang ketat dan berkelanjutan sangat menentukan keberhasilan pengendalian penyakit. Khususnya di tengah banyaknya permasalahan yang menghadapi peternakan di Indonesia dari beragam kasus penyakit, seperti penyakit pernapasan, gumboro, ND, AI dan lain sebagainya. Apalagi jika virus tersebut bermutasi, tanpa ditunjang vaksinasi dan praktek biosekuriti, akan berdampak pada penanganan kasus yang lebih sulit.

“Peran penting penerapan biosekuriti karena merupakan pagar bagi penyakit-penyakit unggas. Biosekuriti dapat menurukan resiko penyakit, terutama dalam kondisi lingkungan dan cuaca yang tidak menentu,” ucap Tim Research and Development, PT Sanbio.

 

Butuh Dukungan

Kendati demikian, dalam manajemen pemeliharaan unggas apakah cukup hanya mengandalkan vaksinasi dan biosekuriti untuk menghasilkan ternak yang sehat dan produktif?

Memang kedua hal tersebut sangat perlu dan penting dilakukan, namun perlu didukung hal-hal lainnya, seperti manajemen, pakan, bibit (DOC), kesehatan, dan lain sebagainya. Itu juga yang dikatakan Tim Research and Development, PT Sanbio. Menurut mereka, vaksinasi dan biosekuriti hanya bersifat sebagai pencegah, sementara faktor lain seperti yang dikatakan di atas merupakan hal utama yang sangat berperan dalam keberhasilan pemeliharaan unggas.

“Salah satunya faktor pakan yang mempengaruhi hampir 70% kesehatan ayam, di mana jika pakan yang diberikan sesuai akan mampu meningkatkan performa dan produksinya. Jika pakannya baik maka nutrisi yang dibutuhkan ayam akan terpenuhi dan ayam akan menjadi sehat, sehinggas terhindar dari serangan penyakit,” tukasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Peneliti Balitnak, Prof Budi Tangendjaja. Menurutnya, peternak harus mampu menstabilkan kesehatan ternak dengan mempersiapkan bahan baku pakan berkualitas, agar kesehatan saluran pencernaannya terjamin. “Selain itu, penting juga untuk mengontrol mikotoksin dan aflatoksin pada pakan, kandungan radikal bebas, serta kualitas fibernya, agar formulasi pakan seimbang,” katanya.

Mengenai kesehatan pencernaan juga ditegaskan oleh Dr Tony Unandar, selaku Poultry Consultant. “Kesehatan saluran pencernaan merupakan kunci sukses dalam memaksimalkan produktivitas ayam, karena itu usus harus prima dari waktu ke waktu,” kata Tony.

Ia menambahkan, “Potensi genetik ayam modern saat ini membutuhkan unsur gizi yang banyak dan berimbang, dengan harapan hasil dan kualitas yang diperoleh jauh lebih baik. Jadi peranan kinerja saluran cerna sangat menentukan performa ayam modern. Karena itu kebutuhan gizi ayam saat ini harus disesuaikan kebutuhnnya dengan tingkat kecernaan yang tinggi,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Tony, untuk menjamin kesehatan dan produksi unggas yang optimal, peternak juga perlu mempersiapkan diantaranya pertumbuhan awal (DOC), peran mikroflora pada usus dan antibodi turunan yang baik. (RBS)

 Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>