FOKUS: Mengamankan Saluran Pencernaan

Mengamankan Saluran Pencernaan_4

Mengamankan Saluran Pencernaan

Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Perut merupakan sumber segala penyakit”. Mungkin pepatah tersebut ada benarnya, bukan hanya pada manusia tetapi juga hewan.

Mengapa saluran pencernaan memegang peran yang penting? Karena hakikatnya makhluk hidup memang butuh makan. Bahkan jika diingat kembali ke masa sekolah dulu, salah satu ciri dari makhluk hidup adalah butuh makan dan minum. Makan dan minum tentunya dilakukan dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup.

 

Mempengaruhi Efisiensi

Dalam dunia perunggasan sudah dipahami bahwa pakan memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup, baik ayam maupun peternaknya. Seringkali didengar dalam seminar, kolokium dan lain sebagainya, bahwa persentase terbesar dalam bisnis perunggasan berasal dari pakan, yakni sekitar 60-70%.

Kembali penulis mengingatkan bahwa siapa yang paling efisien dalam biaya pakan maka dialah yang akan mendapat margin terbesar. Hal tersebut juga sering ditemui dalam program-program kemitraan bisnis unggas, plasma berusaha seefisien mungkin untuk menghasilkan performa terbaik dengan pakan.

Dari kacamata lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan genetik ayam di masa kini sangat pesat. Jika pada masa awal perkembangannya, ayam broiler baru bisa dipanen dalam kurun waktu dua bulan, kini mereka sudah bisa dipanen dalam waktu separuhnya. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada ayam petelur yang genetiknya sudah berkembang sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan telur yang sangat banyak dalam kurun waktu tertentu.

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, ketika ditemui oleh Infovet dalam suatu acara mengamini pernyataan di atas. Menurutnya, kini ayam memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, namun begitu ayam modern memiliki kekurangan.

“Perkembangan ternak ayam terutama pedaging ini sangat luar biasa, mereka boleh saja kita sebut monster, sebab pada waktu berumur sehari bobotnya masih 40-an gram lalu dalam waktu kurang dari sebulan bobotnya bisa mencapai lebih dari 1 kilogram, itu artinya naik lebih dari 20 kali lipat,” ujarnya.

Pun begitu, Nahrowi mengakui bahwa walaupun pertumbuhannya cepat, keluhan-keluhan peternak terutama masalah penyakit kerap kali datang menyerang. “Ayam modern bisa dibilang mudah stress kalau tidak dipelihara dengan baik pasti sakit, pakannya tidak cocok juga sakit, begitupun jika kandang kondisi kurang layak ayam juga sakit, lalu mati berjamaah,” jelasnya.

Oleh karenanya perlu diterapkan manajemen yang baik dalam pemeliharannya terutama pakan. “Karena makhluk hidup itu nutrisinya dari situ, kualitas pakan juga harus terjaga, coba lihat kalau nutrisinya tidak mendukung, pasti stres ayam, gampang terkena penyakit karena itu. Belum lagi kalau pakannya terkontaminasi oleh zat yang bahaya seperti mikotoksin, tentunya akan makin parah,” ucap dia.

Nahrowi juga tidak memungkiri bahwa aspek manajemen juga turut berperan, tetapi ia menekankan bahwa yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas nutrisi. “Ini hubungannya dengan efisiensi, orang kadang lupa kalau fungsi saluran pencernaan itu penting, walaupun kalau di broiler memang banyak penyakit yang asalnya dari saluran pernapasan. Namun, jika sistem pencernaan ini rusak bisa jadi trigger buat penyakit lain. Makanya perhatikanlah itu,” tukasnya.

 

Menjaga Keseimbangan Saluran Pencernaan

Bicara masalah kesehatan ayam, penyakit infeksius memang datangnya lebih banyak dari saluran pernapasan. Tetapi bukan berarti harus meng-underestimate masalah kesehatan saluran pencernaan, karena komplikasi dalam kasus ayam yang sakit kerap kali terjadi.

Semua aspek pemeliharaan sangat besar pengaruhnya dan mereka saling terkait. Sederhananya, ayam yang saluran pernapasannya sakit salah satu gejalanya bisa jadi tidak mau makan, ayam yang saluran pencernaannya sakit dan nutrisinya kurang mudah terinfeksi penyakit lain termasuk pernapasan.

Dari kacamata ilmu anatomi, saluran pencernaan ayam dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian yang terdiri dari tembolok (crop), lambung (proventriculus), ventriculus, usus halus, usus buntu (caecum), usus besar (colon) dan cloaca. Masing-masing bagian tubuh ini dihuni secara alami oleh mikroflora yang terdiri bakteri, protozoa maupun jamur. Namun bagian yang paling banyak dihuni oleh jenis bakteri adalah saluran usus (lihat gambar).

 

 Mengamankan Saluran Pencernaan_1

Gambar saluran pencernaan ayam (Sumber: Spring, 1997).

 

Kunci kesuksesan dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan yakni menyeimbangkan jumlah mikroorganisme yang ada pada saluran pencernaan. Jika keseimbangan tersebut bergeser, misalnya mikroorganisme patogen lebih banyak ketimbang mikroorganisme komensal dan yang menguntungkan, tentunya akan merugikan ayam sebagai hospes dari mikroorganisme tersebut.

Technical Manager PT Elanco, Drh Agus Prastowo, ikut angkat bicara mengenai hal tersebut. Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keseimbangan mikroflora di dalam usus. Faktor pertama yakni dari ransum serta air minum. Inilah alasan pentingnya mengecek kualitas pakan dan air minum. “Pakan yang nutriennya rendah dan tercemar mikotoksin, tidak higienis, serta mengandung cemaran feses kerap kali menimbulkan masalah pada ayam,” kata Agus.

Selain itu, air minum juga dapat menjadi media tumbuh kembang ideal bagi bakteri seperti E. coli maupun organisme patogen lainnya sehingga dapat menyebabkan keseimbangan mikroflora usus terganggu. Faktor kedua yakni stres. Stres terjadi karena reaksi fisiologis normal pada ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik yang terkait dengan lingkungan, maupun perlakuan ayam.

“Pada kondisi stres, ayam akan mengalami peningkatan produksi hormon kortikosteroid yang dapat menghambat organ kekebalan dalam menghasilkan antibodi sehingga terjadi kondisi imunosupresi,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, stres juga menyebabkan panjang vili usus berkurang, sehingga mengakibatkan peningkatan frekuensi pergerakan usus dan pH intestinal dari usus. Kondisi inilah yang kemudian berdampak pada mikroflora usus, dimana koloni mikroflora menguntungkan menjadi berkurang dan koloni mikroflora merugikan justru meningkat. Efek lain yang dapat terjadi adalah diare dan munculnya infeksi sekunder bakterial.

Faktor ketiga yakni penggunaan antibiotik. Dalam dunia perunggasan, antibiotik tidak hanya difungsikan sebagai terapi tetapi juga sebagai growth promoter. Antibiotik untuk pemacu pertumbuhan dapat menekan keseimbangan pertumbuhan populasi bakteri merugikan. Namun pemberian antibiotik yang berkepanjangan, tidak tepat dosis maupun aturan pakainya dapat menurunkan populasi mikroflora usus, termasuk mikroflora menguntungkan.

Selain menjaga keseimbangan mikroflora di dalam saluran pencernaan, masih banyak hal lain yang perlu dicermati dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Prof I Wayan Teguh Wibawan, hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yakni biosekuriti. Menurutnya hal tersebut sangat penting, karena jika sistem sanitasi dan higiene mengalami kebocoran, maka agen patogen mempunyai kesempatan masuk dan menginfeksi saluran cerna ayam.

“Intinya jangan beri kesempatan penyakit masuk. Sepengalaman saya kalau ini (saluran cerna) saja sudah terjaga, sudah bisa dibilang pemeliharaan ayam aman 50%,” ucap Wayan.

Ia menambahkan, ada beberapa periode dengan risiko tinggi dalam fase pemeliharaan ayam yang perlu diperhatikan. “Misalnya ketika pergantian pakan dan proses vaksinasi, pada dua periode ini biasanya mikroorganisme cenderung berfluktuasi tinggi akibat cekaman stres pada proses vaksinasi maupun pergantian ransum, jika ada kesalahan tatalaksana di situ, akan mudah melihat kondisi dysbacteriosis pada ayam,“ jelas dia.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa peternak harus pandai-pandai dalam menjaga kondisi lingkungan. “Temperatur yang nyaman dan ventilasi yang cukup akan membuat ayam jadi nyaman. Jika kedua hal ini dapat dicapai dengan baik, kesehatan saluran cerna akan terjaga. Ayam makan enak, santai enak, produksi pun lancar,” tandasnya. (CR)

Sumber: www.majalahifovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>