FOKUS: Melawan Ancaman Penyakit Viral

Melawan Ancaman Penyakit Viral_1

Melawan Ancaman Penyakit Viral

Siapa yang tidak pernah terserang flu? Semua orang pasti pernah mengalaminya. Apa yang dilakukan jika terserang flu? Pastinya berobat ke dokter. Sayangnya penyakit yang disebabkan virus ini tidak bisa sembuh dan kerap kali berulang, oleh karenanya harus mencegahnya sebelum terjadi.

Layaknya manusia, hewan pun bisa terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Beberapa diantaranya menyebabkan kerugian ekonomis bahkan yang bersifat zoonosis layaknya AI dapat menyebabkan ditutupnya lalu lintas hewan antar negara dan kepanikan massal.

Seperti diketahui, virus merupakan mikroorganisme yang tentunya familiar dan sangat sering terdengar. Namun, tidak dapat dilihat secara kasat mata. Dalam hal penyakit unggas, beberapa jenis virus sangat berbahaya apabila menginfeksi unggas, misalnya saja ND. Maka dari itu, dibutuhkan strategi khusus dalam menangkal ancaman penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus.

Kenali Musuh yang Ada di Sekitar Kita

Tanpa disadari keberadaan virus memang sudah ada di lingkungan, seperti di tanah, kandang, air, sapronak, pakaian, alat transportasi dan lain sebagainya jika dilihat secara mikroskopis pasti akan terdapat virus. Tidak seperti bakteri, virus bisa dikatakan benda hidup juga benda mati. Hal ini karena ketika berada di lingkungan, virus mampu melakukan “hibernasi” atau disebut dorman. Namun, jika virus ada pada inang dan inang yang ditempelinya merupakan specific host-nya, maka ia akan menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada inang tersebut.

Prof I Wayan Teguh Wibawan, guru besar FKH IPB yang juga konsultan perunggasan, mengemukakan, prinsip ini mutlak harus dipahami oleh peternak. “Kan sering di peternak kita dengar dari mulut mereka, kalau ditanya buat apa pakai antibiotik ini-itu, mereka masih banyak yang bilang kalau antibiotik bisa mengobati ND atau gumboro, itu kan salah,” papar Wayan. Oleh karena itu, Wayan mengimbau kepada para dokter hewan perunggasan agar lebih mendidik peternak agar tak salah kaprah.

Selain itu, virus merupakan mikroorganisme yang sulit sekali dibunuh, beberapa jenis virus, kata Wayan, dapat hidup dalam suhu tinggi dan suhu rendah, apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan virus tidak mati, melainkan dorman sampai ia bertemu dengan inangnya dan kemudian virus akan kembali aktif menginfeksi.

Belum lagi sifat adaptasi virus yang luar biasa hebat, adaptasi yang dimaksud oleh Wayan yakni kemampuan virus untuk bereplikasi dengan cepat dan menyesuaikan diri dengan ancaman yang ada. “Sering dengar kata mutasi kan? Nah beberapa virus diperunggasan bermutasi, misalnya AI, sekarang-sekarang ini AI mutasinya cukup cepat, oleh karenanya nanti vaksin variannya banyak, imbas dari berubahnya asam nukleat si virus juga, makanya harus sering dipantau,” jelas dia.

Wayan juga mencontohkan hal lain, misalnya setelah sembuh dari serangan influenza, pastinya ketika kondisi tubuh drop, ada kesempatan tubuh akan terserang flu lagi. “Artinya, virus tidak bisa disembuhkan, jika sistem imun inang bekerja optimal virus akan kalah, lalu dia akan dorman juga di dalam tubuh. Makanya ini hal yang paling esensial mengapa virus itu enggak bisa main-main dihadapi, karena sekali kena selamanya akan ada,” pungkas Wayan.

 

Harus Berada dalam Kondisi Baik

Layaknya peperangan, aktivitas beternak juga memerlukan strategi jitu agar perang dapat dimenangkan. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh peternak dalam mempersiapkan diri menuju medan perang tersebut. Dalam menyiapkan unggas agar berada dalam kondisi terbaik, tentunya dibutuhkan sifat proaktif dari peternak.

Dalam mencegah penakit viral ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya manajemen pemeliharaan yang baik, manajemen lingkungan yang baik dan manajemen program kesehatan yang baik.

Manajemen pemeliharaan meliputi berbagai aspek pemeliharaan, mulai dari persiapan sebelum chick in, brooding, pakan, kebersihan kandang, ventilasi, pencahayaan, suhu, cara pemanenan ayam dan lain sebagainya. Sementara, manajemen lingkungan berkaitan dengan lingkungan sebagai daya dukung peternakan unggas, biosekuriti, kondisi kebersihan lingkungan, keberadaan vektor pembawa penyakit, keadaan masyarakat sekitar. Sedangkan, manajemen kesehatan meliputi program kesehatan yang ada dalam suatu peternakan, misalnya program vaksin, pemberian suplemen, culling ayam yang kualitasnya buruk dan lain-lain.

Menurut Tony Unandar, konsultan perunggasan independen sekaligus anggota Dewan Pakar ASOHI, apabila ketiga aspek tersebut terpenuhi secara maksimal, maka ia menjamin bahwa hasil yang nanti dituai pasti baik. “Ibarat perang, kalau strategi kita bagus, persenjataan kita oke, prajurit kita ahli dan berpengalaman, medan perangnya sudah kita kuasai, toh kemungkinan kita kalah kecil. Kalaupun ada korban wajar, namanya juga perang,” kata Tony.

Tony menegaskan, agar jangan melupakan faktor sumber daya manusia dari operator kandang dan semua yang terkait di dalamnya penting untuk ditingkatkan. “Misalanya kitanya udah pintar, sapronak oke, vaksin ada, pokoknya kita mengerti semua penyakit, tapi operator kandang kita malas-malasan atau enggak ngerti apa-apa, cara pelihara ayam begitu-begitu aja, itu juga jadi faktor loh. Gimana cara memperbaikinya? Kita upgrade isi kepalanya dibawa ke seminar-seminar, disejahterakan kehidupannya, itu jangan lupa,” ucapnya.

Ia bercerita mengenai pengalamannya, ketika ada salah satu peternak binaan suatu perusahaan dengan latar belakang bukan peternak. “Jadi ada peternak mitra, belum pernah sama sekali beternak, tapi dia mengikuti semua masukkan dan arahan dari penyuluh di lapang tanpa cela, hasilnya bagus. Ada juga peternak yang sudah berpengalaman, dia kadang suka ada rejection kalau dikasih tau hal baru sama penyuluh, karena merasa berpengalaman, hasilnya enggak lebih baik dari peternak pemula tadi,” ungkap Tony.

Berbicara tentang pencegahan penyakit apalagi penyakit viral, menurut Tony, tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali melakukan pencegahan. “Penyakit viral bisa sembuh total enggak? Kalau sudah kena terus imunnya juga kena yang ada ayam bakal makin kena infeksi dari mana saja. Makanya enggak ada cara lain selain dicegah, ternaknya harus dalam kondisi terbaik, peternak juga harus mengetahui bagaimana menuju ke kondisi terbaik itu,” imbuhnya.

Pendapat Tony memang kedengarannya sepele dan mudah, namun pada kenayataannya sulit untuk diterapkan. Bagi kalangan integrator yang bisa dibilang semuanya ada, mulai dari sumber daya manusia hingga sapronak yang memadai mungkin bisa dijalankan dengan baik. Namun terkadang pun, dari pengalaman penulis, integrator masih “kecolongan” serangan penyakit-penyakit tertentu. Bila integrator yang sudah sebegitu canggih dan efisien masih bisa kecolongan, bagaimana dengan nasib peternak yang cara beternaknya masih tradisional?

Banyak dari peternak kecil kini yang dibicarakan bukan lagi masalah penyakit, tetapi mengenai untung-rugi. Padahal, salah satu infeksi penyakit viral seperti AI yang bersifat zoonotik mengancam semua peternak, baik integrator maupun peternak kecil. Jika dilihat dari aspek risiko, peternak kecil ini merupakan titik kritis masuknya penyakit-penyakit tadi. Sayangnya, perhatian bagi mereka kurang.

Seperti yang dirasakan Jarwo, peternak kemitraan asal Tuban. Ketika ditanyai infovet mengenai pencegahan penyakit viral, Jarwo hanya menjawab secara apatis. “Saya jalanin saja program-program dari inti, kalau saya harus nambah ini-itu, repot mas. Nanti ada biaya keluar, tambah biaya tenaga, untung saya jadi kurang,” kata Jarwo.

Jarwo mungkin hanya satu diantara banyak peternak yang bersikap demikian, namun jika hal seperti ini dibiarkan begitu saja, akan sangat merepotkan. Harus diingat, titik kritis pengendalian penyakit juga melibatkan manusia di dalamnya, sehingga jika peternak terus dibiarkan seperti ini, bukan mustahil nantinya penyakit viral yang ada saat ini akan mengganas, bahkan akan ada penyakit infeksius baru yang hadir dan tidak disadari, seperti AI di 2003 dan penyakit IBH akhir-akhir ini. (CR)

Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>