FOKUS: Dibalik Pemeliharaan yang Tepat, Terbitlah Ayam yang Sehat

Dibalik Pemeliharaan yang Tepat, Terbitlah Ayam yang Sehat_4

Dibalik Pemeliharaan yang Tepat, Terbitlah Ayam yang Sehat

 

Memiliki ternak dengan performa yang maksimal merupakan impian setiap peternak. Performa akan berbanding lurus dengan manajemen pemeliharaan yang tepat. Berikut ini redaksi Infovet merangkum berbagai tips dan trik dalam mewujudkan ayam yang sehat.

 

Bibit

Bagi seorang peternak khususnya peternak broiler, keberhasilan dalam beternak juga dipengaruhi oleh kualitas DOC (Day Old Chicken). Menurut Sunarto, peternak asal Sragen, beberapa bulan ini selain sulit mendapatkan DOC, kualitasnya pun kurang memuaskan.

“Sekarang banyak yang kakinya kering sama kembung, lepas brooding susah gedenya itu ayam, sudah begitu harganya lumayan mahal,” ujar Sunarto.

Selain itu menurutnya, sekarang ini banyak aksi tipu-tipu, misalnya DOC grade A dioplos grade B. Atau yang lebih parah, DOC polosan (afkir) banyak disisipkan pada DOC dengan memiliki grade lebih tinggi. Oleh karenanya, Sunarto memiliki trik tersendiri dalam meminimalisir aksi tipu-tipu tersebut, diantaranya:

  • Bisa berdiri serta lincah
  • Pusar tidak basah
  • Anggota badan lengkap serta normal
  • Bulu tumbuh dengan sempurna, warna bulu sesuai dengan breed
  • Warna kaki atau paruh tidak pucat
  • Bobot antara 35-40 gram tergantung tipe
  • Perut tidak kembung
  • Tidak ada luka sedikitpun, walau hanya memar

 

Pakan

Biaya terbesar dari suatu usaha peternakan berasal dari pakan, apapun jenis peternakannya biaya pakan biasanya mencapai lebih dari 60% total keseluruhan harga produksi. Di dalam pakan terkandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam dalam menunjang performa.

Setiap jenis ayam tentunya membutuhkan nilai nutrisi yang berbeda, begitu pula tiap fase hidupnya. Oleh karena itu pakan harus mengandung nilai nutrisi yang cukup bagi tiap jenis ayam dan fase hidupnya.

Menurut Prof Budi Tangendjaja, yang merupakan pakar nutrisi pakan, peternak sekarang sudah pintar, tidak seperti dulu yang hanya terpaku pada satu nilai nutrien. “Dulu peternak lebih suka pakan yang nilai proteinnya tinggi, pokoknya semakin tinggi proteinnya pasti paling bagus, sekarang sudah enggak gitu. Mereka sudah pintar dan paham dalam memilih pakan untuk ternaknya,” kata Prof Budi.

Selain mengandung nutrien yang mencukupi, pakan juga harus bebas dari hal-hal yang membahayakan ternak, misalnya kontaminasi toksin, baik mikotoksin maupun toksin bakterial. Karena pentingnya pakan dan sifatnya yang berkelanjutan, peternak disarankan agar sangat berhati-hati dalam memberikan pakan pada ayam.

Prof Budi mengimbau, peternak yang belum berpengalaman jangan “sok tau” dalam meracik pakan sendiri. “Jika punya basic yang kuat dan pengalaman yang cukup, serta modal finansial yang baik, monggo racik sendiri. Tapi kalo satu dari tiga unsur tadi tidak terpenuhi, sebaiknya gunakan pakan pabrikan yang sesuai dengan kebutuhan ayam,” ucapnya.

 

Kandang

Bicara ternak ayam tanpa bicara kandang/housing system belum lengkap rasanya. Fungsi utama kandang sudah pasti sebagai tempat berlindung bagi ayam sehari-hari dari berbagai macam jenis cekaman. Harga mati bagi sebuah kandang apapun jenis kandangnya adalah kenyamanan penghuninya. Bagaimana cara menjamin bahwa para penghuni kandang nyaman?

Sirkulasi udara yang baik dalam kandang adalah faktor utama, dalam feses ayam terkandung amoniak dan gas metana yang apabila kandungannya terlalu berlebih akan berdampak pada gangguan pernafasan ayam, oleh karenanya sistem buka tutup kandang yang baik harus dipraktikkan.

Kepadatan kandang juga harus diperhatikan, karena ikut memengaruhi sirkulasi udara di dalamnya. Kepadatan kandang yang ideal adalah minggu pertama ayam berjumlah 30-50 ekor per meter persegi. Pada minggu kedua perkembangan ayam cukup pesat, sehingga membuat kepadatan ayam harus dikurangi, yaitu sekitar 20-25 ekor per meter persegi. Pada minggu ketiga kepadatan ayam berubah menjadi 10-20 ekor per meter persegi.

Pakar kesehatan ayam sekaligus Private Farm Consultant, Tony Unandar, menyarankan peternak agar memposisikan diri sebagai ayam. “Ayam zaman now, idealnya akan nyaman apabila perbedaan antara suhu tertinggi (siang hari) dikurangi suhu terendah (malam hari) jumlahnya lebih dari atau sama dengan 8°C. Sarat tersebut mutlak harus terpenuhi agar ayam nyaman,” kata Tony.

Ia menegaskan, cara yang paling mungkin dalam mengakalinya dengan menciptakan lingkungan yang terkontrol, alias menggunakan kandang closed house. Lalu apakah closed house selalu menjadi solusi terbaik dalam masalah perkandangan? Belum tentu. Tony mengemukakan, kandang closed house memang menjanjikan tetapi dibutuhkan sumber daya manusia yang baik dan andal dalam mengoperasikannya.

Pernyataan Tony Unandar ada benarnya. Dari beberapa pengalaman penulis, beberapa kasus di lapangan ditemui bahwa performa kandang closed house sama dengan kandang terbuka (open house) dikarenakan faktor sumber daya manusia, tentunya ini adalah kerugian yang besar bagi pemodal.

Selain itu, jangan juga melupakan aspek kebersihan kandang. Kenyamanan ayam akan lebih terjamin jika kandang bersih. Kandang ayam yang kotor menjadi tempat untuk perkembangan virus dan bakteri. Ayam akan mudah terinfeksi virus atau bakteri jika kandang kotor, terutama pada fase brooding.

Jangan pula lupakan aspek lokasi kandang, sebaiknya kandang jauh dari permukiman warga dan memiliki perizinan yang jelas. Sebab, sering kali terdengar kasus clash antara peternakan ayam dengan warga setempat.

Jalankan Biosekuriti dan Program Kesehatan

Tidak perlu lagi menjelaskan mengenai apa makna biosekuriti, fungsi dan sebagai macamnya, sebab itu hanya akan menjadi omong kosong belaka bila tidak diaplikasikan. Biosekuriti tidak melulu diartikan sebagai sesuatu yang fancy dan mahal, hal paling sederhana dari biosekuriti misalnya mandi sebelum memasuki kandang.

“Kalau di Indonesia prinsipnya jadi terbalik, mandinya nanti saja kalau sudah beres ngurusin kandang,” kata Tri Satya Putri Naipospos atau akrab disapa Tata, salah satu punggawa LSM CIVAS.

Ia menjelaskan, bahwa sebenarnya PBB melalui FAO telah memiliki konsep yang bagus mengenai biosekuriti, yakni biosekuriti tiga zona dan konsep tiga zona ini dapat dipraktikkan dengan low budget. “Prinsipnya yang penting serta aplikasinya, tapi saya lihat peternak banyak yang masih malas tuh dalam aplikasinya,” tutur dia dalam suatu kesempatan wawancara.

Program kesehatan tidak usah disebut lagi, sekecil apapun skala peternakannya pasti memiliki program kesehatan, minimal pemberian vitamin. Nah, ini yang juga butuh perhatian khusus dari berbagai pihak. Mungkin untuk level integrator, tidak usah diragukan program kesehatannya, tapi untuk peternak mandiri dengan modal rendah, ini benar-benar berbahaya.

Program kesehatan yang baik sebenarnya hanya dikategorikan penunjang apabila semua syarat-syarat tersebut di atas terpenuhi. Kecuali apabila di suatu wilayah pernah terjadi outbreak penyakit yang membahayakan, tentunya lain cerita. Mudah memang rasanya dalam memberi tips, trik, nasihat atau segala macamnya dalam menjaga kesehatan ternak. Yang sulit adalah menjalankannya.

Oleh karena itu, penulis juga menghimbau kepada pembaca sekalian terutama peternak, agar memiliki senjata pamungkas dalam beternak, yakni niat. Segala sesuatu tergantung dari niatnya. Berangkat dari niat yang baik, maka apapun akan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tentunya dengan cara yang baik pula. (CR)

Sumber: www.majalahinfovet.com

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>