Fokus: Deteksi Goncangan Kualitas Pakan dan Kesehatan Saluran Cerna Broiler Modern

CERNA_10

Deteksi Goncangan Kualitas Pakan dan Kesehatan Saluran Cerna Broiler Modern

 

Seiring dengan perkembangan terkini seputar kebijakan pemerintah dalam penggunaan antibiotik dan antikoksi yang dicampur sebagai imbuhan pakan sejatinya mempunyai tujuan yang sangat mulia. Selain untuk meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik pada manusia oleh kandungan residu antibiotik yang tinggi pada produk peternakan (daging, telur dan susu), juga mendidik masyarakat peternakan secara umum untuk lebih cerdas dan visioner dalam menatap masa depan yang lebih sehat, kuat dan lebih kritis terhadap segala macam perubahan yang ada. Tentunya apa yang dicita-citakan bersama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyediakan protein hewani yang aman, sehat utuh dan halal, serta harga yang terjangkau, harus seiring dengan terjaganya kesehatan dan pertumbuhan hewan yang optimal, sehingga efisiensinya tetap terjaga dengan baik dan mendukung tercapainya iklim usaha peternakan yang lebih kondusif.

 

Nutrigenomic dan Broiler Modern

Perkembangan broiler modern terkait dengan kebutuhan asupan nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya menjadi faktor dominan yang akhir-akhir ini banyak diteliti oleh pakar genetika dan pakar nutrisi di seluruh dunia. Tidak hanya penelitian mutakhir seputar kebutuhan zat gizi (nutrisi) agar bisa menunjang ekspresi fenotip dari potensi genetik yang dimilikinya, namun juga semakin banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari produk pengganti antibiotik agar keterserapan zat gizi tersebut semakin optimal. Hal ini dirasakan penting seiring dengan tuntutan konsumen dan perkembangan zaman untuk memproduksi produk-produk peternakan yang sehat, minim residu antibiotiknya, bahkan produk organik yang dihasilkan tanpa menggunakan zat-zat kimia selama hewan dipelihara di kandang. Produk pengganti antibiotik yang banyak dilakukan penelitian diantaranya, penggunaan prebiotik, probiotik, asam organik, herbal (esensial oil/ekstrak tumbuh-tumbuhan), enzim, immunoglobulin Y dan antimikrobial golongan peptide (Gadde, 2017) (Gambar 1).

 

Gambar 1

CERNA_1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pakan dan faktor penting yang berhubungan dengannya.

 

Dalam industri peternakan ayam broiler, pakan menempati porsi yang dominan (65-70%) yang merupakan komponan terbesar yang berpengaruh pada harga pokok produksi. Sehingga monitoring terhadap kualitas pakan menjadi hal yang sangat penting untuk meminimalisir tingkat resiko baik terhadap kesehatannya ataupun pertumbuhannya.

Pakan mempunyai peranan yang vital dalam menunjang fungsi metabolisme tubuh untuk tumbuh dan bertahan melawan agen kuman penyakit. Tidak hanya itu, peranan pakan dalam menjaga suhu tubuh dan memperbarui sel-sel tubuh dan jaringan juga sangat penting. Secara fisiologi pakan vital dalam menjalankan aktivitas biologis lainnya, seperti bergerak, mata berkedip, jantung berdenyut, bahkan menggerakkan otot-otot pernafasan.

Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

  1. a.    Peran karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi

Pada hakekatnya, ayam mengonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi yang didapatkan dari pakan akan terdistribusi yang utama dan pertama untuk menjalankan aktivitas fisiologi normalnya. Pada saat sudah terpebuhi makan akan disimpan dalam bentuk lain yang sangat menunjang dalam pembentukan karkas dan daging bersama komponen protein (actin dan myosin) yang terkandung dalam pakan. Pemberian pakan di lapangan biasanya mengandung energi metabolisme berkisar 2600-2800 kkal untuk ayam petelur dan 2900-3300 kkal untuk ayam broiler (tergantung fase pertumbuhannya).

  1. b.   Peran protein 

Sebagai bahan pembentukan jaringan (daging) dan telur protein ini penting dibutuhkan dalam ransum pakan. Selain itu pembentukan zat kebal (antibodi) juga menjadi hal yang sangat penting untuk bertahan terhadap serangan kuman penyakit. Sumber utama protein yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut berasal dari protein yang terdapat dalam pakan yang di konsumsi, sehingga ketercukupan protein dalam pakan menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Pakan yang kandungan proteinnya kurang akan mengakibatkan laju pertumbuhan dan tingkat produksi menjadi tidak baik.

 

Deteksi Dini Goncangan Performa Akibat Pengaruh Kualitas Pakan

Ada beberapa hal yang menjadi titik kritis yang bisa dijadikan parameter acuan terkait dengan fungsi dan peranan pakan dalam menunjang tumbuh dan berkembangnya ayam sesuai potensi yang dimilikinya diantaranya:

  1. 1.    Feed intake dan nutrient Intake

Feed Intake adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ayam per satuan waktu (per hari/minggu), sementara nutrient intake adalah kandungan nutrisi (nutrient) yang terdapat dalam pakan yang mampu dimanfaatkan oleh ayam untuk menunjang fungsi fisiologi ayam dan pertumbuhannya. Dalam beberapa kasus penurunan performa ayam, peternak harus memonitor feed intake harian sebagai salah satu parameter untuk memonitor kesehatan atau ketahanan ayam terhadap penyakit atau faktor stress tertentu (ayam kepanasan, kedinginan, cahaya yang minim di dalam kendang, ketersediaan oksigen dan sebaginya). Hal-hal tersebut pasti akan berdampak terhadap ketercapaian total feed intake harian. Termasuk juga palatabilitas pakan (tingkat kesukaan ayam dalam mengonsumsi jenis pakan tertentu) juga akan berpengaruh. Lebih jauh dari itu ketercapaian feed intake ini harus dijadikan dasar evaluasi terhadap pertumbuhan dagingnya (pertambahan harian dari berat daging yang dihasilkan (Avarage Daily Gain/ADG). Yang pada akhirnya total feed intake inilah yang berpengaruh terhadap seberapa baik pencapaian efisiensinya pada saat dihubungkan dengan pertambahan berat daging. Inilah yang sering disebut sebagai rasio konversi pakan yang menjadi daging (FCR/Feed Conversion Ratio).

Kemudian jika dihubungkan dengan nutrient intake, hal ini berkaitan dengan total kandungan zat gizi yang terkandung di dalamnya. Salah satu faktor penting dalam mengevaluasi tingkat efisiensi yang didapatkan adalah dengan memonitor kandungan nutrisi dengan bantuan laboratorium yang berkompeten menguji mutu pakan. Misalnya, pada saat total feed intake-nya cukup tinggi sementara ketercapaian ADG nya kurang/rendah, maka nutrient density inilah yang perlu dikonfirmasi sebagai dasar evaluasi tehadap mutu dari pakan.

Beberapa hal yang penting yang harus di upayakan agar feed intake bisa tercapai dengan baik diantaranya:

  1. Jaga kenyamanan ayam (tidak kepanasan/kedinginan, cukup oksigen, serta cukup cahaya dan sebagainya).
  2. Sesuaikan tempat pakan: ukuran, ketersebaran, ketinggian, rasio jumlah (tempat pakan dan jumlah ayam).
  3. Bentuk/ukuran partikel sesuai dengan umur ayam.

Total feed intake (lebih detail lagi adalah nutrient intake) yang dikonsumsi menjadi parameter yang harus dimonitor lebih rinci, karena pertumbuhan dan kesehatannya sangat bergantung pada seberapa banyak pakan yang dikonsumsi. Semakin tercapai konsumsi pakannya maka akan semakin terpenuhi pula kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan ayam untuk tumbuh dan berkembang, serta tahan terhadap cekaman serangan penyakit (Gambar 2).

 

Gambar 2

CERNA_2

 

 

 

 

  1. 2.    Kesehatan saluran cerna

Saluran pencernaan pada hakekatnya adalah seperti saluran memanjang yang berbentuk pipa dari depan ke belakang yang mempunyai fungsi utama sebagai organ peyerapan makanan. Kondisi saluran pencernaan yang sehat akan sangat berdampak terhadap kemampuan dalam menyerap zat gizi atau nutrisi dalam pakan. Dalam hal ini usus dan kelenjar pankreas mempunyai peranan yang sangat vital.

Usus yang baik mempunyai jumlah jonjot-jonjot usus (villi) yang cukup, diameter, serta ukuran yang memadai. Semakin ideal kondisi jonjot-jonjot usus tersebut maka akan semakin memperluas area penyerapan nutrisi (Gambar 3).

 

Gambar 3

CERNA_3

Kemampuan penyerapan nutrisi sangat bergantung dari ukuran dan jumlah villi yang dimiliki oleh ayam broiler modern.

 

Beberapa jenis penyakit yang akan mengganggu kesehatan saluran cerna ini secara garis besar bisa dibagi menjadi dua, baik yang infeksius, non-infeksius ataupun gabungan dari keduanya.

  1. 1.    Penyakit infeksius pada saluran pencernaan

Saluran pencernaan sebagai organ primer penyerapan nutrisi akan menurun fungsinya saat terpapar oleh penyakit yang sifatnya infeksius (dapat menular dari satu ayam keayam lain). Penyakit-penyakit yang bisa dikategorikan sebagai penyakit infeksius diantaranya:

  1. Bakteri: Clostridium perfringen, E. Coli, Salmonella dan lain-lain.
  2. Virus: enterovirus, adenovirus, reovirus dan sebagainya.
  3. Parasit: Eimeria/Coccidia
  4. 2.    Penyakit non-infeksius

Sebagian besar penyakit non-infeksius yang berdampak terhadap kesehatan saluran cerna disebabkan oleh mikotoksin, diantaranya ulcerative enteritis oleh aflatoksin b1 (Gambar 4), non-specific diarhea oleh T2 toksin, gizzard erotion oleh aflatoksin b1.

Namun, selain itu adalah termasuk biogenic amin (komponen biologis aktif yang dihasilkan oleh proses dekarboksilasi asam amino bebas yang berasal dari bahan baku pakan). Pakan yang terkontaminasi akan menyebabkan gejala feed passage (diare), pakan yang tidak tercerna yang ditemukan di kotoran (undigested feed), bulu di sekitar ayam tampak kotor oleh kotoran yang menempel (pasty/dirty vent) dan menyebabkan lesi nekrosis di sel epithelial sepanjang usus (Melanie (Journal Appl Poultry), 1999). Selain dari kedua hal tersebut, saluran pencernaan juga rentan terhadap kualitas bahan baku pakan, bahkan gangguan saat proses pembuatan pakan di feedmill (under cooked, over cooked, contaminated material during processing).

 

Gambar 4

CERNA_4

Sumber: Tony Unandar

 

  1. 3.    Gabungan antara penyakit infeksius dan non-infeksius

Tahapan yang tidak mudah untuk mengevaluasi gangguan pencernaan apabila terjadi kombinasi antara kedua faktor di atas. Butuh kejelian dalam menganalisa faktor apa yang menjadi pemicu utama. Dan lebih jauh lagi adalah terkait seberapa besar dampak erosi performanya. Pada saat ada masalah terkait dengan kualitas pakan, maka akan memicu kondisi di mana ketahanan saluran cerna juga akan menurun dan pada saat yang sama akan menyebabkan kerusakan sel-sel pembentuk jaringan usus (enterosit). Penyerapan yang buruk (malabsorbsi) dari kandungan nutrisi ini akan berdampak pada ketahanan/barrier mukosa pertahanan di sepanjang jaringan usus juga akan rapuh. Hal inilah yang memicu terjadinya ketidak-seimbangan kondisi saluran cerna dan memungkinkan agen-agen penyakit infeksius berkembang (virus, parasit dan bakteri). Pada saat bakteri di saluran pencernaan mengalami guncangan (dysbiosis), maka yang sering muncul kemudian adalah disekresikannya racun (enterotoksin) yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang merugikan (Clostridium, E.coli, dan sebagainya) (Gambar 5).

 

Gambar 5

CERNA_5

 

Dari hasil bedah bangkai biasanya akan ditemui penebalan usus bahkan dijumpai kemerahan (Gambar 6). Dampak yang muncul kemudian terjadilah kondisi diare, di mana terdapat kandungan cairan yang berlebihan (watery content) pada kotorannya (Gambar 7). Di sisi lain dengan adanya peningkatan peristaltic usus ini menyebabkan beberapa material pakan tidak tercerna (Gambar 8). Dan pada saat agen infeksius pada akhirnya tidak terkendali akan tampak kotoran bahkan kemerahan dan bercampur darah (Gambar 9).

 

Gambar 6

CERNA_6

 

Gambar 7

CERNA_7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 8

CERNA_8

 

 

 

 

 

Gambar 9

CERNA_9

 

 

 

 

 

Sumber: Tony Unandar

 

Dari penjelasan di atas, kepekaan peternak dalam memonitor kesehatan saluran cerna menjadi suatu hal yang sangat penting. Mengingat saluran pencernaan yang sehat menjadi syarat mutlak keterserapan nutrisi yang baik. Sebaik apapun kualitas pakan, tidak akan memberikan dampak yang optimal terhadap performa kesehatan ayam dan ketercapaian efisiensi produksinya apabila kondisi saluran cernanya tidak sehat. Upaya deteksi dini tersebut harus dijalankan setiap melihat adanya perubahan yang terjadi dari hari ke hari. Dan pemahaman seputar peranan pakan, serta tahapan proses penyerapannya hingga berdampak pada kesehatan dan pertumbuhan ayam mutlak harus dimiliki seiring regulasi pemerintah terkait pakan bebas AGP dan bebas antikoksi. ***

 

Drh Eko Prasetio

Commercial Broiler Farm Consultant

 

Sumber: www.majalahinfovet.com

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>