Fokus: Biosekuriti dan Vaksinasi Saja Tidak Cukup

www.jurnalpeternakan.com

Biosekuriti dan Vaksinasi Saja Tidak Cukup

((Penerapan biosekuriti, vaksinasi, serta tindakan lain dalam mengendalikan penyakit di kandang merupakan aspek penting dalam menunjang performa ternak. Namun begitu, bukan berarti faktor lainnya tidak diperhatikan, semuanya harus berjalan selaras dan seimbang agar performa ternak tetap prima.))

Segala sesuatu memang ada pakemnya, termasuk dalam manajemen pemeliharaan ayam baik pedaging maupun petelur. Dari masa ke masa, pakem-pakem tersebut berubah seiring berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi. Inti dari aspek pemeliharaan tidak berubah, namun teknisnya bisa saja berubah-ubah sesuai dengan kondisi di lapangan.

Misalnya saja vaksinasi, program vaksinasi merupakan hal yang wajib di dunia peternakan. Berbagai jenis vaksin beredar di pasaran, beragam pula cara dan aplikasi vaksin di kandang. Dengan melakukan vaksinasi, peternak yakin bahwa ternaknya akan sehat walafiat sampai akhir fase produksi.

Begitu juga dengan biosekuriti, hal yang umum dijumpai dalam suatu peternakan yang mengandung makna biosekuriti, misalnya penyemprotan kendaraan dan pembersihan kandang setelah panen. Dari kedua “ritual” tersebut (vaksinasi dan biosekuriti) seringkali peternak merasa yakin bahwa performa akan bagus sampai akhir periode produksi, namun apa iya akan terus begitu?

 

Mulai dari Hal Kecil

Nyatanya memelihara ayam baik broiler maupun layer tidak semudah itu, banyak sekali aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh peternak, bukan hanya biosekuriti dan vaksinasi. Apalagi kini cara memelihara ayam sudah banyak mengalami perubahan baik dari segi genetis ayam, iklim, penyakit dan lain sebagainya.

Salah satu praktisi perunggasan Indonesia, Prof Charles Rangga Tabbu, mengatakan, bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi performa ayam di lapangan. Semua faktor tadi tidak boleh diabaikan oleh peternak. “Kita mulai dari yang terkecil, misalnya kualitas DOC saja. Sebenarnya ini juga menentukan, namun seringkali peternak luput. Mereka percaya saja bahwa DOC yang dibeli sudah sesuai dengan SNI,” ujar Charles.

Padahal seringkali Prof Charles menemui keadaan di mana kualitas DOC buruk. “Peternak kadang tidak peduli DOC baik atau buruk kualitasnya, sekarang yang mereka peduli dapat DOC apa tidak, karena sulit sekarang dapat DOC,” kata Charles. Padahal, kualitas DOC juga menentukan performa pada tahap selanjutnya. Ia menyarankan kepada peternak minimal melakukan sampling pada DOC yang akan masuk dan melakukan chick in sesegera mungkin tanpa ditunda-tunda.

 

Tabel 1. Kualitas DOC Berdasarkan SNI

Prasyarat

DOC Broiler

DOC Layer

Bobot Badan Minimum 35 gram Minimum 33 gram
Kualitatif Sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, aktif, tidak terdapat cacat fisik Sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, aktif, tidak terdapat cacat fisik
SKKH ada ada
Umur maksimum sampai di Konsumen 2 hari (48 jam) 2 hari (48 jam)
Vaksinasi - Wajib vaksin Marek
Jumlah individu Maksimum 102 Maksimum 103

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2013.

 

Hal lain yang juga mempengaruhi performa ternak yakni pakan. Cost terbesar dalam suatu peternakan sudah pasti adalah pakan. Oleh karenanya peternak wajib memberi pakan yang terbaik pada ternaknya agar performa tetap terjaga. Pakan yang terbaik tidak harus mahal, atau yang tertinggi kadar proteinnya, pakan yang baik adalah yang kualitas dan aspek gizinya mencukupi kebutuhan hidup si ayam.

Prof Budi Tangendjaja dari Balitnak Ciawi, mengungkapkan bahwa seringkali menemukan adanya misunderstanding pada peternak. “Pernah saya datang ke suatu peternakan, peternaknya itu membangga-banggakan kadar protein yang tinggi pada pakan yang ia gunakan. Ini kan salah besar!,” kata Budi dalam sebuah acara seminar di Jakarta.

Ada juga peternak selfmixing yang ia temui, ilmunya sudah ada namun aplikasinya belum baik. “Saya pernah, lihat selfmixing, ketika pertama kali mixing kadar gizinya pas dan sesuai, namun pas beberapa kali mixing dan sampelnya diambil, ini ada nilai gizi yang kurang bahkan kadang lebih, enggak konsisten begitu,” ucapnya. Ia melanjutkan bahwa peternak-peternak semacam ini sangat butuh pendampingan dari pihak swasta maupun pemerintah agar lebih terdidik.

Selain nilai gizi pakan, kualitas pakan juga harus dijaga. Pakan tidak boleh terkontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya bagi si pemakannya dalam hal ini ayam. “Pakan juga harus bebas dari yang namanya toksin, baik dari jamur maupun bakteri, cemaran-cemaran mikroba patogen juga tidak boleh diabaikan, karena nantinya pakan itu akan dimakan setiap hari, kalau kita diamkan ada kontaminasi kan sama aja kita meracuni ayam setiap hari toh?,” tegas Budi.

Sama halnya dengan kualitas pakan, kualitas air minum juga harus diperhatikan. Pada hewan ternak, kualitas air merupakan salah satu aspek penting yang dapat memengaruhi performa. Misalnya pada ayam broiler, kelebihan dan kekurangan konsumsi air dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti terganggunya kesehatan dan performa tubuh, terjadi dehidrasi, kosumsi pakan yang menurun yang dapat mengakibatkan performa dan produktivitas menurun, hingga dapat menyebabkan kematian.

Pengolahan air atau water treatment biasanya dilakukan di peternakan, misalnya chlorinasi dan pengaturan pH air minum. Chlorinasi biasa dilakukan untuk mengurangi jumlah bakteri yang terkandung dalam air minum, sehingga chlorin bisa disebut sebagai anti mikroba. Sedangkan pengaturan pH memang belum banyak dilakukan, karena biasanya aplikasi pengaturan pH menggunakan sediaan acidifier, tujuannya sama mengurangi jumlah mikroba terutama yang bersifat patogen dalam air minum.

 

Brooding dan Kualitas Udara = Penting!

Masih ada lagi aspek yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ayam, brooding dan kualitas udara. Semua orang yang berkecimpung di dunia perunggasan pasti setuju bahwa keberhasilan budidaya ayam ditentukan pada dua minggu pertama masa pemeliharaan.

Karena di masa tersebut terjadi proliferasi sel dan pembentukan berbagai sistem organ. Jika lingkungan dan suhu tidak mendukung, maka ayam akan merasa tidak nyaman dan potensi genetiknya tidak akan muncul. Pada ayam broiler, masa brooding berlangsung sampai 14 hari. Sementara pada layer berlangsung antara rentang waktu 21-35 hari. Tapi itu tidak mutlak, tergantung kondisi lingkungan dan cuaca saat brooding.

Tony Unandar, Anggota Dewan Pakar ASOHI, yang juga seorang konsultan perunggasan tidak pernah berhenti mengingatkan akan pentingnya masa brooding. Pada sebuah acara seminar di Jakarta kembali Tony memaparkan data-data penelitian terbaru mengenai pentingnya brooding pada broiler maupun layer.

“Perkembangan sistem organ itu kan terjadi pada masa brooding, termasuk sistem kekebalan tubuh, nah di sinilah alasan kenapa harus maksimal. Selain itu, semakin cepat kuning telur diserap pada masa brooding pasti kualitas performa ayam akan semakin baik,” tutur Tony

Ia juga mengatakan, ayam tidak memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya selama lima hari pertama dan belum secara optimal mampu mengatur suhu sendiri hingga umur dua minggu. Atas dasar itu kelangsungan hidup anak ayam pada periode ini mutlak tergantung dari bagaimana peternak mampu menyediakan suhu yang nyaman untuk anak ayam.

Tidak lupa Tony mengingatkan peternak pada masa brooding atau awal chick in agar ayam langsung diberikan pakan sesegera mungkin. Karena menurut penelitian terbaru, ayam yang “telat makan” pada saat chick in bobot badannya bisa berkurang hingga 110 gram pada akhir masa brooding. “Saya tekankan kepada peternak, kalau ayam masuk (chick in) jangan cuma diberi air gula saja atau vitamin, lalu pakannya cuma diisi setengah karena menghindari efek stress perjalanan. Langsung saja isi penuh, kalau enggak nanti performa terhambat lho!,” ucap Tony.

Tidak hanya itu, kualitas suhu dan udara di dalam kandang juga merupakan hal yang sangat esensial bagi tumbuh kembang ayam. Kembali pula ia mengingatkan peternak bahwa ayam yang dipelihara di masa kini adalah ayam modern yang hanya karena cekaman cuaca saja bisa langsung stress. Ia memberikan beberapa parameter yang harus dipenuhi terkait suhu dan kualitas udara pada Tabel 2 dan efek negatif suhu terlalu tinggi pada Tabel 3 berikut ini.

 

Tabel 2. Patokan Kenyamanan Ayam (Zone of Thermal Neutrality)

Zone of Thermal Neutrality

 Selisih suhu tubuh dan suhu lingkunkan lebih besar atau sama dengan 8oC (Ttubuh – Tlingkungan ˃  8o C)

Kelembapan lingkungan (Rh) < 70%

Indeks Heat Stress (IHS) < 160 (IHS= Tlingkungan (oF) + Rh (%) )

Suhu rata2 siang –dikurangi suhu rata2 malam < 8oC

*siang jam 12-3 sore, malam jam 3-6 pagi

*Target pemakaian gas < 20 gram per ekor

Sumber: Tony Unandar, 2013.

 

Tabel 3. Efek Negatif Suhu yang Terlalu Tinggi

Efek Negatif Suhu Lingkungan Terlalu Tinggi

 Water intake tinggi

Feed intake rendah

Suhu tubuh tinggi

Wet dropping (diare)

Keseragaman buruk

ADG rendah

Malnutrisi

Sumber: Tony Unandar, 2013.

 

Kualitas udara juga sangat berpengaruh, kadar oksigen di dalam kandang harus tinggi dan kontinu, selain itu kadar amoniak dalam kandang harus rendah. “Mengapa? Karena kalau amoniaknya tinggi itu akan mengiritasi saluran pernafasan si ayam, dari iritasi itu lama-kelamaan akan mengakibatkan peradangan dan infeksi oleh penyakit pernafasan lainnya. Celakanya penyakit pernafasan pada ayam itu akibatnya fatal, nah makanya kita harus ingat ini,” kata Tony.

Menurutnya, sebenarnya beberapa tindakan di peternakan hampir semuanya mengandung nilai biosekuriti. Contohnya, buka tutup tirai kandang, tidak hanya berfungsi sebagai pertukaran udara, tetapi juga mencegah terjadinya penyakit pernafasan. “Memang betul, memelihara ayam kelihatannya gampang, tetapi banyak aspek manajemen yang semuanya tidak bisa disepelekan, kita harus selalu belajar hal baru dan jangan mudah puas, intinya ya semua aspek harus seimbang sih,” pungkas Tony menutup pembicaraan. (CR)

Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>