FeedTech: Pakan Ternak Hasil Fermentasi Limbah Perkebunan

Pakan Ternak Hasil Fermentasi Limbah Perkebunan

Pakan Ternak Hasil Fermentasi Limbah Perkebunan

Oleh: Ir. Sjamsirul Alam

Indonesia memiliki areal perkebunan yang sangat luas, berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian pada tahun 2010-2011, luas areal perkebunan di Indonesia mencapai 19,5 juta hektar yang antara lain untuk perkebunan kelapa sawit 7.824.623 ha, karet 3.450.144 ha, kelapa 3.813.799 ha, kopi 1.308.000 ha, coklat 1.745.789 ha, mete 574.358 ha, cengkeh 470.619 ha, lada 194.523 ha, dan teh 123.554 ha. Dari total luas perkebunan itu, 25% adalah lahan milik pemerintah dan 75% lainnya adalah perkebunan rakyat. Perkebunan menyimpan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa bila dimanfaatkan secara optimal akan memberikan sumber pendapatan (income) dan lapangan pekerjaan yang cukup menjanjikan. Namun nyatanya, selama ini petani kebun hanya berorientasi untuk mengolah komoditas utama, seperti  biji coklat (kakao), biji kopi, biji mete dan buah kelapa sawit saja, padahal limbah dari tanaman tersebut dapat diolah menjadi konsentrat (bahan penguat) untuk ternak ruminansia (sapi, domba dan kambing) maupun non-ruminansia (ayam, bebek dan babi). Potensi dan manfaat tanaman perkebunan serta limbahnya bagi lingkungan, antara lain mampu mengatasi krisis air dan menahan longsor (ditanam di dataran sedang dan tinggi). Kemudian mampu menghasilkan produk sampingan, dan sebagai sumber pakan ternak (limbah dapat diproses dan disela-sela dan di bawah tanaman perkebunan bisa sebagai bahan pakan hijauan). Kelemahan Limbah Perkebunan Sebelum menggunakan limbah perkebunan, penting mengetahui terlebih dahulu kelemahannya, agar dapat dimanfaatkan dengan aman, nyaman dan terhindar dari efek negatif yang merugikan ternak. Beberapa kelemahan dari produk perkebunan seperti  cangkang buah coklat, buah semu jambu mete,  daging buah kopi dan lumpur sawit antara lain, cepat rusak/busuk, kandungan gizinya relatif rendah dan dapat mengganggu pencernaan ternak. Oleh karena itu, dibutuhkan proses lebih lanjut untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut dan memaksimalkan segi manfaatnya dengan melakukan ‘Proses Fermentasi’. Untuk proses fermentasi limbah perkebunan diperlukan beberapa peralatan dan perlakuan (treatment) antara lain:

  1. Alat pencacah, dengan kapasitas 400-600 kg per jam dan berdaya  8-10 HP, dibutuhkan untuk limbah coklat dan jambu mete untuk mendapatkan potongan-potongan kecil yang memudahkan fermentasi.
  2. Alat penepung, yang berfungsi untuk mengubah bentuk bahan dari serpihan, pecahan kulit atau gumpalan menjadi tepung (mash), dengan kapasitas 100 kg per jam yang membutuhkan mesin penggerak diesel berdaya 8-10 HP.
  3. Alat pengepres, dibutuhkan terutama untuk limbah jambu mete, yang berfungsi mengeluarkan airnya sehingga diperoleh limbah berkadar air rendah dan padat untuk memudahkan fermentasi.
  4. Alat Aerator, untuk aerasi aktivasi mikroba (starter), yang berfungsi mensupply O2 (oksigen) dan pengaduk larutan.
  5. Sprayer, untuk menyiramkan larutan mikroba (starter) ke bahan limbah yang akan difermentasi.

Tahapan proses fermentasi limbah perkebunan, sebagai berikut:

  1. tempatkan limbah yang akan diolah di wadah fermentasi dengan menebarkan setebal 5-10 cm, selanjutnya siramkan larutan Aspergillus niger atau jenis inokulan lain dengan memakai sprayer ke cacahan limbah.
  2. Tumpukkan lagi bahan limbah dengan ketebalan yang sama dan siram dengan larutan semula. Demikian seterusnya hingga semua bahan limbah basah. Lalu tutup wadah dengan goni, kain atau plastik. Fermentasi dilakukan selama 5-6 hari, yang akan diperoleh hasil dimana permukaan irisan limbah berwarna kecoklatan atau kehitaman, juga bila dicium tidak berbau atau berbau manis seperti tape (peuyeum).
  3. Buka tutup wadah fermentasi dan bongkar limbah lalu dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari atau pengeringan dengan mesin dryer (suhu maksimal 80o C).
  4. Limbah kering kemudian digiling dengan mesin penepung hingga menjadi tepung (mash).

Dosis Pemberian Berbagai Limbah Perkebunan Berbagai limbah perkebunan yang sudah difermentasi, harus diberikan sesuai dosis yang dianjurkan, karena perannya hanya sebagai pakan tambahan (konsentrat) saja. Pada Tabel 1 berikut disajikan Dosis Pemberian Berbagai Limbah Perkebunan pada berbagai jenis ternak.

Tabel 1: Dosis Pemberian Berbagai Limbah Perkebunan Fermentasi Untuk Berbagai Ternak 

No

Jenis Ternak

Dosis Penggunaan (Kg)*

 

 

L. Kopi

L. Coklat

L. Mete

1

Kambing dan Domba
Prasapih (% x Berat badan anak/hari)

1,0-1,5

1,0-1,5

1,0-1,5

 

Pascasapih (% x berat badan/hari)

1,0-1,5

1,0-1,5

1,0-1,5

2

Sapi

 

Prasapih (% x berat badan anak/hari)

**

**

**

 

Penggemukan (% x berat badan/hari)

0,8-1,2

0,8-1,2

0,8-1,2

3

Babi

 

Umur 4-5 tahun (% x berat ransum)

**

25-30

30

 

Umur ≥ 5 bulan (% x berat ransum)

30

55

**

4.

Ayam Kampung Petelur (% x berat ransum)

**

18-22

**

Sumber: Guntoro (2012) Keterangan: Dosis bukan angka maksimum, bisa dicoba dengan dosis yang lebih tinggi. **Belum ada data hasil penelitian, tetap bisa dicoba dengan dosis yang sama dengan pemberian dedak padi. Pengaruh pada pertumbuhan ternak 1)      Kambing/Domba Pemberian limbah kopi termentasi pada ternak kambing/domba prasapih (0-6 bulan), ternyata signifikan terhadap pertumbuhan, seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2: Pengaruh Pemberian Limbah Kopi Terfermentasi pada Anak Kambing Peranakan Etawa (umur 0-6 bulan) 

No

Jenis Pakan

Pertumbuhan Rata2 (gr/ekor/hari)

1

Hijauan Pakan Ternak *

65

2

Hijauan Pakan Ternak + Limbah Kopi

98

3

Hijauan Pakan Ternak + Limbah Kopi + Enzim

120

Sumber: Guntoro (2012) Keterangan: *Hijauan Pakan Ternak terdiri atas dedaunan dari tanaman penaung, gulma atau rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman industri. **Dosis pemberian limbah sebanyak 100 gr/ekor/hari pada umur prasapih dan 200 gr/ekor/hari pada umur pascasapih. ***Dosis pemberian enzim sebanyak 1,5 gr/ekor/hari. Sedangkan pemberian limbah coklat terfermentasi pada kambing Etawa prasapih, seperti Tabel 3 berikut.

Tabel 3: Pengaruh Pemberian Limbah Coklat Terfermentasi pada Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawa (umur 0-6 bulan) 

No

Jenis Pakan

Pertumbuhan Rata-rata (gr/ekor/hari)

1

Hijauan Pakan Ternak

64

2

Hijauan Pakan Ternak + Limbah Coklat *

119

3

Hijauan Pakan Ternak + Limbah coklat + enzim **

140

  Sumber: S. Rai Yasa IM, IN, Sumartini, dan Rubiyo (2002) Keterangan: *Limbah coklat diberikan 100 gr/ekor/hari pada umur prasapih dan 200 gr/ekor/hari pada umur pascasapih. **Dosis pemberian enzim sebanyak 1,5 gr/ekor/hari. Pemberian tepung limbah jambu mete terhadap pertumbuhan anak kambing Kacang, seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4: Pengaruh Pemberian Tepung Limbah Jambu Mete pada Pertumbuhan Anak Kambing Kacang (Umur 4-24 minggu) 

No

Jenis Pakan

Pertumbuhan Rata-rata (gr/ekor/hari)

1

Hijauan Pakan Ternak

42

2

Hijauan Pakan Ternak + Tepung Limbah Mete

75

Sumber: Guntoro dkk (2006) Keterangan: Pemberian tepung limbah mete sebanyak 100 gr/ekor/hari pada umur prasapih dan 150 gr/ekor/hari pada umur pascasapih. 2)      Sapi Pemberian limbah coklat terfermentasi pada sapi Bali jantan, seperti pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5: Pengaruh Limbah Coklat Terfermentasi pada Pertumbuhan Sapi Bali Jantan 

No

Jenis Pakan

Berat Awal (Kg)

Pertambahan Berat Badan (gr/ekor/hari)

1

Hijauan Pakan Ternak

282

265

2

Hijauan Pakan Ternak + Limbah Coklat

280

528

3

Hijauan Pakan Ternak + Limbah Coklat + bi-Cas

284

643

Sumber: Guntoro dkk (2006) Keterangan: -Pemberian Hijauan Pakan Ternak ad-libitum (sekenyangnya). -Pemberian limbah coklat sebanyak 0,8% dari berat hidup sapi. -Bio-Cas adalah probiotik yang mampu membantu pencernaan. Pada ternak kambing dan domba, pemberian limbah perkebunan terfermentasi akan efektif bila dilakukan sejak lahir (melalui induk) hingga akhir periode pertumbuhan. Sedang pada ternak sapi lebih effektif bila diberikan pada priode penggemukan (fattening) yaitu ketika sapi berumur 2,5-3,5 tahun. 3)      Ayam Kampung Petelur Pemberian tepung limbah coklat ternyata mampu menaikkan produksi telur ayam kampung, seperti pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6: Pengaruh Pemberian Limbah Coklat Terfermentasi terhadap Produktivitas Telur Ayam Kampung

No

Perlakuan

Prod. Telur (%)

Bobot Telur (gr/butir)

Konsumsi Pakan (gr/ekor/hari)

 

FCR

1

P0

31,71

39,95

72,10

5,68

P1

33,49

41,30

68,63

5,28

P2

37,67

43,50

70,17

4,67

       Sumber: Guntoro & Rai Yasa (2005) Keterangan: P0 : pakan konvensional, terdiri atas 37% konsentrat petelur pabrikan + 45% jagung dan 18% dedak. P1 : pakan campuran 37% konsentrat + 45% jagung + 9% dedak + 9% tepung limbah coklat. P2 : pakan campuran 37% konsentrat + 45% jagung + 9% dedak +18% tepung limbah coklat. Demikianlah sekilas hasil penelitian pemanfaatan limbah perkebunan untuk mensubsitusi pakan ternak yang selalu menjadi problem dalam penyediaannya guna pengembangan berbagai ternak di Indonesia. Semoga bermanfaat.

 (Penulis praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad)

Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>