Ekbis: Mengenal “Ayam SenSi” Penghasil Telur dan Daging Unggul

AYAM SENSI

Mengenal “Ayam SenSi”

Penghasil Telur dan Daging Unggul

Ayam “SenSi” bukan berarti ayam sensitif atau ayam seksi, tetapi singkatan dari “Ayam Sentul Seleksi” yang merupakan hasil penelitian pakar unggas Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. Dari hasil koleksi ayam Sentul di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kemudian dilakukan pengandangan dan penomoran bibit induk betina secara individu dalam kandang baterai. Yang dilanjutkan dengan kawin suntik (Inseminasi Buatan) menggunakan pejantan yang masih dalam populasi tersebut.

Setelah itu mulai dikerjakan koleksi telur tetas, yang kemudian ditetaskan dalam mesin tetas (incubator). DOC atau anak ayam turunannya baik betina maupun jantan diseleksi, lalu setiap ekor diberi nomor dan dipelihara dalam kandang baterai atau kandang postal sampai dengan umur 10 minggu. Untuk mendapatkan rumpun Ayam Sentul, maka setelah umur 10 minggu dilakukan seleksi berdasarkan bobot badan. Untuk anak ayam pejantan diambil yang bobot badannya 25% tertinggi, sedangkan untuk induk betina diambil yang bobot badannya 50% tertinggi.

Setelah berumur 16 minggu, anak ayam Sentul hasil seleksi bobot badan tersebut, dipindahkan ke kandang baterai, untuk dilakukan Kawin Suntik. Dengan demikian diharap memperoleh “Ayam SenSi” yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam Sentul yang sudah beredar baik di masyarakat Ciamis dan sekitarnya.

Hasil Seleksi Generasi Ke-II Ayam “SenSi”.

Dari hasil rekayasa genetik (perkawinan silang antar ayam unggul), maka diperoleh ayam lokal “Sensi” dengan Kinerja Biologis, seperti berikut:

Tabel 1. Kinerja Biologis Ayam “SenSi” Generasi Ke-II

Kinerja Biologis Ukuran
Bobot DOC 32 gram
Bobot umur 10 minggu Jantan : 1.100 gram

Betina : 956 gram

Konsumsi pakan s/d umur 10 minggu 3 kg
Bobot betina dewasa (umur 18 minggu) 1,8 kg
Bobot indukan pertama bertelur 1,86 kg
Bobot telur pertama 25 gram
Bobot telur rata-rata 39 gram
Warna bulu Abu-abu dan putih totol hitam
Warna shank Kuning, putih dan abu
Warna kulit Kuning atau putih

Sumber: Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor (2012)

Dari hasil seleksi dan rekayasa genetik tersebut di atas, ternyata ada perbaikan bobot badan dewasa betina umur 18 minggu (1,8 kg) dibandingkan bobot ayam betina dewasa pada umur yang sama pada ayam Sentul yang berkembang di masyarakat dan belum diseleksi yaitu hanya 1,3 kg (Laporan Tike Sartika & Sofjan Iskandar, 2007 dalam buku “Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya” hal. 90).

Jadi ada peningkatan bobot badan 0,5 kg. Selain itu, pada umur 10 minggu (batas ideal panen ayam kampung pedaging) bisa mencapai bobot 0,956 kg. Hal ini cukup menggembirakan untuk mengarahkan ayam Sentul sebagai kepentingan usaha untuk petelur atau pedaging.

Program Penangkaran Ayam “SenSi”

Model yang dikemukakan Balai Penelitian Ternak untuk Program Penangkaran Ayam “SenSi” yaitu berupa:

  1. Penyebaran Leaflet dan Booklet Galur Hasil Seleksi melalui ajang Pameran dan Situs Jejaring Sosial (Web Site).
  2. Pelayanan permintaan peternak akan DOC.
  3. Inventarisasi peternak yang memiliki kemampuan perbanyakan bibit (sebagai breeder).
  4. Inisiasi pembentukan UPBS (Unit Perbanyakan Bibit Sumber) Balitnak sebagai Penyedia DOC.
  5. Kerjasama Balitnak dengan para perbanyakan bibit (penangkar) DOC.
  6. Pendampingan inovasi teknologi perbanyakan bibit peneliti dan teknisi Balitnak.
  7. Ideal: Open Nucleus Breeding System.
  8. Promosi Diversifikasi Produk.

Performance Ayam Sentul Non-Seleksi.

Berdasarkan laporan Tike Sartika & Sofjan Iskandar (2007) dikutip dari Sulandari dkk (2006), performance Ayam Sentul yang berkembang di masyarakat Ciamis dan belum terseleksi secara terarah, seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Performance Ayam Sentul Non-Seleksi.

Uraian Ukuran
Bobot dewasa jantan 2,0 kg
Bobot dewasa betina 1,3 kg
Produksi telur 118 butir per tahun
Bobot telur 38,5 gram
Umur pertama bertelur 5,5 bulan

Sumber: Balai Penelitian Ternak dikutip dari Sulandari dkk (2006).

Menurut Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), bahwa Ayam Sentul bersama ayam Merawang dan ayam Kedu masih dalam proses penetapan sebagai Rumpun Unggas Indonesia, sedangkan ayam Gaga, ayam Kokok Balenggek dan ayam Pelung sudah ditetapkan sebagai Rumpun Unggas Lokal Indonesia. Ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) dan ayam Sembawa masih menunggu pelepasan secara resmi dari Pemerintah.

Seluruh stakeholder perunggasan menunggu keputusan Pemerintah terkait Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan penetapan Rumpun ayam Sentul, Merawang dan Kedu serta pelepasan ayam KUB dan Sembawa sebagai Rumpun Ayam Lokal Indonesia yang merupakan Plasma Nutfah Unggas Indonesia. (disnakjabar/rbs)

Sumber: www.majalahinfovet.com

One thought on “Ekbis: Mengenal “Ayam SenSi” Penghasil Telur dan Daging Unggul

  1. Saya tertarik mengembangkan ayam kub dan sensi agrinak di berau kaltim, namun sampai saat ini belum dapat berkonsultasi dengan tim balitbang. Terutama tentang bibitnya.
    Suwoto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>