Ekbis: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Usaha Ayam Broiler

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba Usaha Ayam Broiler

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Laba Usaha Ayam Broiler

Oleh : Ir. Sjamsirul Alam

Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun-tahun terakhir ini kurang menggembirakan dengan terjadinya gejolak ekonomi nasional yang diakibatkan gejolak perekonomian global dan kebijakan pemerintahan menaik-turunkan harga BBM, kemarau panjang plus polusi asap, nilai rupiah terhadap dollar AS yang “terjun bebas”, pemutusan kerja dimana-mana. Hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap dunia usaha, termasuk di dalamnya usaha peternakan ayam ras pedaging (broiler). Kenaikan harga pakan dan sarana produksi lainnya di satu pihak dan di lain pihak menurunnya daya beli konsumen, sangat memojokkan para peternak ayam ras pedaging. Apalagi menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dimana produk negara-negara ASEAN leluasa masuk negeri kita dengan kualitas prima dan harga yang murah, termasuk daging ayam dan produk olahannya akan sangat menekan usaha peternakan ayam broiler.

Peternak ayam pedaging di Indonesia baik perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat, tidak ada pilihan lain selain melakukan tindakan-tindakan efisiensi baik di dalam farm sendiri maupun saat pemasaran, dengan tetap menjaga kualitas produksinya. Kualitas produksi yang rendah sudah dipastikan akan mengakibatkan “kalah bersaing” di pasaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Beberapa faktor yang penting diperhatikan peternak dalam pemeliharaan ayam broiler agar nilai IP (Index Prestasi) tinggi dan tidak mengalami kerugian besar, antara lain :

1)      Pengafkiran DOC kerdil. DOC broiler yang diterima minimal berat 35 gram dan kondisi sehat serta lincah. Anak ayam yang berat badannya dibawah standar dan yang kondisinya kurang sehat sebaiknya dari awal diafkir (dimusnahkan, dikeluarkan dari lingkungan farm dan dicatat sebagai penyusutan). Bila DOC afkir ini tidak dikeluarkan dari farm akan memberi peluang adanya “ayam in the kost” alias ayam yang diam-diam dipelihara anak kandang dan diberi pakan milik farm kemudian dijual untuk kepentingan yang bersangkutan, hal ini akan sangat merugikan usaha. Pengafkiran DOC kerdil terus dilakukan sejak minggu pertama. DOC kerdil akan sangat merugikan karena menghabiskan pakan tetapi tidak memberikan “daging”.

2)      Menekan pakan yang tertumpah dan pencegahan kehilangan. Pakan yang tertumpah atau hilang dicuri akan berpengaruh besar pada nilai IP, oleh sebab itu pemberian pakan dan ketinggian tempat pakan dari lantai harus sesuai dengan aturan yang biasa dipakai, yaitu berikan 1/3 bagian (bila memakai tempat pakan gantung) dan  diatur tinggi alas sepundak ayam. Kontrol rutin terhadap jumlah karung/zak pakan di gudang kandang (audit) perlu dilakukan oleh farm manajer/supervisi untuk mengetahui ada/tidaknya pencurian pakan.

3)      Kehilangan atau kebocoran ayam. Pencurian ayam terutama bila sudah mendekati masa panen akan menurunkan nilai Index Prestasi yang notabene “kerugian”, maka perlu ditanamkan kejujuran pada anak kandang dan dibuat sistem yang handal untuk pencegahan pencurian (seperti pemasangan kawat berduri pagar sekitar farm, kontrol rutin sekurity farm dll). Sangsi yang keras terhadap personil farm yang berkondite buruk perlu diterapkan.

4)      Kenaikan angka Kesakitan (morbidity) dan Kematian (mortality). Ancaman serangan penyakit selalu mengintai peternakan ayam bila kebersihan lingkungan, kontrol litter, ventilasi kandang, sanitasi dan vaksinasi tidak diperhatikan dengan baik. Morbidity dan mortality yang tinggi otamatis akan mempengaruhi nilai Index Prestasi.

5)      Harga beli sarana produksi. Sarana produksi peternakan (sapronak) yang harganya naik, terutama harga pakan dan obat-obatan/vaksin akan berpengaruh pada biaya produksi. Sebaiknya peternak mempergunakan konsentrat untuk menekan biaya produksi pada situasi dan kondisi seperti itu. Hal ini sebenarnya diluar teknis produksi yang menyangkut Index Prestasi, tetapi situasi ekonomi nasional yang menekan pencapaian laba usaha.

6)      Harga jual. Seringkali peternak terpojokkan bila harga jual di pasaran rendah (terutama saat “banjir DOC” dan suplai lebih besar dari permintaan/demand). Solusi untuk mengatasi situasi serupa ini hanyalah dengan menyediakan “alat pendingin” (freezer) sehingga ayam yang dipotong dan dikemas bisa untuk sementara waktu “disimpan” dulu sampai harga jual kembali stabil. Namun yang mampu melakukan cara ini hanya perusahaan besar yang menerapkan “integrated company” (perusahaan dengan sistem terpadu). Untuk peternakan rakyat sebagai Plasma yang bermitra dengan perusahaan peternakan besar sebagai Inti, tidak menjadi masalah besar karena hasil panen ditangkap/dipasarkan oleh Inti (perusahaan mitra)

7)      Kualitas produk. Kepercayaan konsumen perlu tetap dijaga oleh peternak, dimana peternak hanya akan mensuplai produk ayam dan daging ayam terbaiknya saja sehingga konsumen tidak beralih membeli ke pihak kompetitor. Sekali konsumen dikecewakan karena produk ayam atau daging ayam yang buruk maka ia akan berbicara kemana-mana agar tidak membeli dari peternak yang bersangkutan. Hal ini sangat dirasakan oleh peternakan rakyat mandiri (tidak tergabung dalam kemitraan Inti – Plasma)

8)      Menahan ayam yang siap panen. Pertambahan bobot ayam melebihi umur ideal dipanen akan terus menurun sementara konsumsi pakan terus bertambah, maka menahan penjualan ayam dalam kondisi ini akan menjadi “bumerang” bagi usaha peternak yang bersangkutan. Jangan menunggu-nunggu harga membaik, dengan cara menahan ayam yang sudah sepantasnya harus dijual, karena kerugiannya akan bertambah membengkak karena nilai Index Prestasi akan menurun tajam.

9)      Tidak jeli memanfaatkan “by product”. Produk sampingan seperti kotoran ayam, bangkai ayam, ayam afkir, rongsokan peralatan masih bisa dijual dan merupakan income untuk menekan biaya produksi. Peternak harus jeli mengambil nilai ekonomis dari hal-hal tersebut. Misalkan kotoran ayam selain dapat dijual sebagai pupuk kandang, juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ayam melalui teknologi pemprosesan.

10)   Tidak memanfaatkan lahan maksimal. Pemanfaatan semaksimal mungkin lahan sekitar peternakan untuk usaha pertanian dan perikanan juga merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya produksi. Selain memproleh hasil dari penjualan ayam pedaging, juga memperoleh laba dari penjualan sayuran/buah-buahan dan ikan air tawar (ikan lele/mujair/mas).

11)   Tidak menerapkan sistem IP (Index Prestasi). Pemeliharaan ayam broiler yang tidak menerapkan sistem IP akan sulit mengetahui apakah manajemen yang sudah dilaksanakan per periode panen menguntungkan atau tidak, dan ini akan menurunkan gairah kerja peternak dan anak kandang karena tidak adanya harapan untuk mengejar insentif di luar upah/gaji yang diterima.

Itulah 11 faktor yang mempengaruhi laba pemeliharaan ayam ras pedaging yang perlu diketahui dan dilaksanakan peternak agar tetap survive di tengah krisis. Hal ini diperoleh berdasarkan pengalaman penulis memimpin (sebagai Farm Manajer) usaha peternakan ayam broiler di Leuwiliang – Bogor yang berkapasitas saat itu 250 ribu ekor.

Semoga artikel ini menambah wawasan bagi segenap stakeholder peternakan.

(Penulis praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad)

Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>