Rp0 / 0 item(s)
  • No products in the cart.
0

Info Iptek

Menyiasati Pakan Layer di Masa Produksi

 

Kenaikan harga bahan bakar minyak yang memicu kenaikan harga bahan baku pakan ternak semakin mencekik peternak. Setelah sebelumnya harga jagung sudah lebih dulu naik akibat keberadaannya yang semakin langka karena pengalihan penggunaan dari food dan feed industri menjadi bahan bakar biofuel atau ethanol.

Oleh karena itu, untuk survive peternak dituntut untuk pintar-pintar dalam mengelola biaya produksi. Terutama untuk ternak ayam petelur yang tengah berproduksi diperlukan langkah jitu untuk tetap bertahan ditengah badai ketidakpastian daya beli dan ongkos produksi.

Berdasarkan pengalaman Eko Prambudi nutrionis dan formulator tinggal di Sidoarjo Jawa Timur, sebenarnya kunci keberhasilan pencapaian produksi telur yang optimal terletak pada manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan, pencahayaan, manajemen program kesehatan dan yang pasti manajemen pemberian pakan. Manajemen pemberian pakan penting diperhatikan dikarenakan pada fase produksi layer membutuhkan intake nutrisi yang cukup untuk mencapai produksi yang optimal.

Pilih Pakan Komersial atau Self Mixing

Pada ternak layer fase produksi, pakan merupakan sumber utama asupan nutrisi bagi produksi telur dan untuk memelihara fungsi tubuh secara normal. Kandungan nutrisi pakan dan jumlah pakan yang harus diberikan per ekor perhari dipengaruhi oleh strain dan lingkungan setempat

Pada umumnya saat ini peternak layer skala kecil dan menengah menggunakan pakan konsentrat (K 204 36, AS 204 K, F 124 K) ataupun pakan komplit (Fly 204, B 204 SG, B 204 SP). Sedangkan bagi peternak besar biasanya sudah mampu membuat pakan sendiri (self mixing) dengan mencampurkan beberapa jenis bahan baku seperti soy bean meal, meat bone meal, fish meal, dll.

Bagi peternak self mixing tetap disarankan untuk menggunakan pakan pabrik (pakan komersial) yang berguna sebagai kontrol apakah formula dan campuran yang dibuat sendiri tidak bermasalah. Dengan kata lain pakan komersial itu berfungsi sebagai pembanding. Hal ini dilakukan juga karena keterbatasan kemampuan peternak self mixing dalam menyeleksi bahan baku yang dibeli.

Hal ini pulalah yang juga dipraktekkan Ricky Bangsaratoe SH Direktur Utama Eden Farm yang juga memilih mencampur pakan sendiri untuk pakan layernya selain menggunakan pakan jadi dari pabrikan.

“Untuk farm saya yang berpopulasi 100 ribu ekor ini, tentu tidak semuanya mengandalkan pakan jadi namun ada sebagian yang diberi pakan hasil racikan sendiri. Upaya ini dilakukan untuk menekan biaya produksi telur untuk pakan,” ujar Ricky yang ditemui Infovet di farmnya, (21/11).

Lebih lanjut, menurut Eko Prambudi, bagi peternak yang menggunakan pakan konsentrat seperti K 204 36, F 124 K dll, harus membuat campuran dahulu antara katul, jagung dan konsentrat sesuai dengan rekomendasi pabrik pakan. Jagung merupakan bahan baku sumber energi dan juga sumber xantofil dan karotenoid. Xantofil dibutuhkan oleh ayam dalam pembentukan warna kuning telur (egg yolk), sedangkan karotenoid selain sebagai precursor pembetukan vitamin A juga membantu untuk memelihara sistem kekebalan tubuh sebagai bahan antioksidan. Sehingga disarankan untuk membeli jagung dengan kualitas baik.

Secara fisik jagung yang baik terlihat bersih, tidak berjamur (berwarna kecoklatan), tidak banyak tongkol giling, dan komposisinya biji pecahnya sedikit. Apabila banyak terdapat biji pecahnya memudahkan jamur berkembang yang akibatnya akan menyebabkan jagung terkontaminasi dengan mikotoksin.

Selain itu peternak diharapkan dapat memilih katul dengan kualitas baik, dikarenakan sampai saat ini masih sering ditemukan kecurangan-kecurangan dalam perniagaan katul. Sampai saat ini kecurangan yang sering dijumpai adalah mencampur katul dengan sekam giling, onggok, serbuk gergaji dan tepung kapur. Sehingga hal ini menyebabkan nilai nutrien dari katul akan berkurang seperti turunnya level energi, meningkatnya serat kasar dan abu akan berakibat menurunnya nilai kecernaan dari bekatul tersebut. Dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi komposisi campuran pakan yang akan diberikan ke ayam.

 

Tips untuk memilih katul yang baik dengan cara cepat yaitu dengan :

  1. Uji remas, untuk merasakan tekstur katul, jika di rasakan ada ketidakwajaran (terlalu kasar/terlalu halus) bisa dilakukan test-test berikutnya.
  2. Uji Apung, dengan cara memasukkan katul kedalam air, jika banyak pertikel yang mengapung maka diduga banyak kontaminasi sekam/jerami giling.
  3. Uji densitas, pada umumnya hasil tes densitas katul dilaboratorium berkisar yaitu 0.35 g/ml – 0.40 g/ml, jika densitasnya ekstrim diatas densitas normal bisa diduga ada kontaminasi tepung kapur, atau jika ekstrim dibawah normal bisa diduga katul tersebut terkontaminasi dengan sekam/jerami giling.
  4. Test Phloroglucinol, bisa meminta bantuan TS terdekat.

 

Selain dengan ketelitian pemilihan bahan baku maka diperlukan juga keakuratan penghitungan prosentase bahan yang akan dicampur akan menjamin kualitas campuran pakan konsentrat yang akan diberikan.

 

Teknik Pemberian Pakan.

Dalam manajemen pakan ini selain memperhatikan kandungan pakan juga harus diperhatikan teknik pemberiannya. Pada umumnya untuk daerah tropis dengan suhu berkisar 30 oC pemberian pakan bervariasi antara 110 + 3g sampai 120 + 3 g, angka ini tergantung dari umur, strain, prosentase produksi, dan kondisi lingkungan. Metode pemberiannya tidak adlibitum, tetapi diberikan dengan batasan-batasan untuk lebih mengefisienkan pakan yang diberikan.

Pemberian pakan biasanya dilakukan 2-3 kali dalam sehari. Akan tetapi untuk menjaga kondisi pakan supaya tetap segar dan higienis maka dapat diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pagi dan sore. Pakan diberikan pagi hari sekitar pukul 05.00 – 05.30 sebanyak 40%, dan kemudian diberikan sebanyak 30% setelah pukul 15.00 dan sisanya setelah pukul 18.00. Pemberian pakan sore hari lebih banyak bertujuan agar feed intake dapat tercapai. Stres panas pada sore hari cenderung lebih berkurang sehingga nafsu makan akan meningkat.

Selain itu untuk mencapai feed intake standar maka perlu dilakukan perlakuan midnight feeding, kurang lebih selama 2 Jam dari jam 00.00 sampai jam 02.00. Hal ini dapat dilakukan karena sehabis tidur diharapkan nafsu makan layer akan meningkat. Dengan perlakuan ini akan menyediakan suplay Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) lewat pakan yang dapat langsung digunakan untuk membantu mengoptimalkan pembentukan kerabang telur. Dan untuk ternak setelah masa puncak atau berumur tua dapat dilakukan pemberian Grit dengan metode 3:3:3, yang dimaksud adalah sebanyak 3 gram, dengan ukuran partikel 3 mm dan diberikan setelah jam 3 sore. Perlakuan ini dapat dilakukan setiap hari sampai afkir. Hal ini untuk menjaga kestabilan kualitas kerabang dan mengurangi kelumpuhan sesaat, karena mobilisasi Ca tulang untuk pembentukan kerabang.

Namun perlu ditegaskan bahwa itu semua tak kan berhasil dilakukan tanpa peran utama dari anak kandang. Oleh karenanya beri pengertian kepada anak kandang agar bisa menerapkan instruksi yang diberikan, atau kalau perlu dimotivasi dengan pemberian bonus jika target produksi tercapai. Semoga berhasil! (Infovet)

 

Tabel. Standar Kebutuhan Ayam Petelur Berdasarkan Tingkat Produksi

Zat Nutrisi

Kebutuhan Nutrisi (g/ek/hr)

≥57,5

55,5-57,5

≤55,5

Berat telur (g/ek/hr)

Protein kasar

19,60

18,40

17,80

Metionin

0,44

0,38

0,36

Lisin

0,87

0,83

0,78

Triptofan

0,21

0,20

0,19

Treonin

0,64

0,58

0,55

Kalsium

4,10

4,30

4,40

Fosfor tersedia

0,42

0,38

0,33

Sodium

0,17

0,17

0,17

Klorin

0,17

0,17

0,17

Asam linoleat

2,00

1,60

1,20

Sumber : Pedoman Pemeliharaan Layer MB 402, 2006