MOTIVASI: Sekolah Kepemimpinan

Motivasi, kepemimpinan ,motivasi, pemikiran positif, tanggung jawab, tindakan

Sekolah Kepemimpinan

Mimpi besar adalah perkalian antara keyakinan yang kokoh dan kuat dengan ikhtiar yang keras, cerdas, dan tak kenal menyerah; tim building yang akan merapikan dan memuluskannya.

Saat sedang mencari gagasan untuk bahan menulis artikel refleksi, tiba-tiba seorang rekan memberikan sebuah buku yang berjudul “Sekolah Calon Pemimpin”. Langsung terpikir di benak saya, buku setebal 468 halaman ini bisa menjadi bahan artikel yang bisa menginspirasi para pembaca. Saya pun mencoba membuka secara acak. Hampir semuanya berisi kisah-kisah unik para remaja yang sedang menempuh pendidikan di SMA Islam Terpadu yang sangat berbeda dengan parasiswa SMA lain pada umumnya.
“Inspiratifnya, dalam kesatuan menyeluruh, tekad bocah-bocah yang katanya ingusan itu mampu berhimpun, sejak menggali ide, menganalisis gagasan, dan melakukan eksekusi sebuah misi besar,” kata rekan yang memberikan buku tersebut. Jawaban ini masih terasa normatif. Saya pun mencoba menggalinya lagi.
Pada akhirnya, saya menemukan kisah menarik, yaitu ketika para siswa mendapat tugas menggalang dana untuk bisa keluar negeri secara mandiri. Luar negeri ini bukan Singapura atau Malaysia, yang biaya tiketnya tidak jauh berbeda dengan tiket Jakarta Bali, melainkan ke Eropa, Australia, dan negara lain yang cukup jauh.
Para siswa dituntut mampu bekerjasama sejak awal hingga akhir. Mereka berkumpul dalam satu grup dan mendapat tugas menggalang dana. Mereka dilarang meminta dana kepada orang tua.
Pertanyaannya, apa yang bisa membuat seseorang yang baru dikenal bisa—tiba-tiba—peduli dan berkomitmen untuk membantu biaya ke luar negeri?
Di sinilah tantangannya. Mereka membuat proposal dan melakukan presentasi ke berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta.
Dari kegiatan ini—setidaknya—ada 3 hal yang bisa dipelajari sekaligus, yaitu cara mengolah ide menjadi tulisan dan teknik public speaking untuk meyakinkan orang lain dan teknik bernegosiasi.
Dalam buku tersebut diceritakan bahwa pernah seorang siswa—melalui bantuan gurunya—bisa ikut hadir dalam acara buka puasa bersama di rumah seorang mantan menteri. Bisa dibayangkan, seorang siswa SMA harus memberanikan diri untuk menyapa seorang mantan pejabat negara, kemudian meminta bantuan. Lucunya lagi, siswa ini belum mengenal wajah menteri yang jadi tuan rumah, mungkin karena terbatasnya waktu nonton TV di asrama atau karena saking seringnya ganti menteri di Indonesia.
Singkat cerita, sang mantan menteri ini kemudian bersedia menyumbang lebih dari Rp100 juta. Mereka berhasil meraih mimpi besar, ke Eropa secara bersama-sama dengan biaya yang mereka cari sendiri.
Seperti itulah cara belajar kepemimpinan di sekolah yang diceritakan di buku ini. Sekolah ini mendidik siswanya dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang dengan sangat baik.
Bisa jadi, para pendiri sekolah tersebut berpandangan bahwa kegiatan ekstrakurikuler itu yang akan menghasilkan pemimpin, padahal kegiatan kurikuler biasanya hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Siswa ditanamkan kedisiplinan dan perjuangan dengan kerja keras (struggle). Dari bangun pagi, paling telat pukul 03.30, dengan rangkaian salat malam, subuh, duha, baru ke sekolah hingga pukul 15.30. Tentu ada saat jeda istirahat, di antaranya untuk bersih-bersih, makan, salat, dan istirahat. Setiap hari, kegiatan baru selesai pada pukul 20.00, dilanjutkan istirahat dan pukul 22.00 harus tidur malam. Hari Ahad, kegiatan siswa libur. Namun, siswa tidak boleh pulang ke rumah, kecuali dengan izin. Libur pulang ke rumah hanya sebulan sekali.
Di sini tampak bahwa sekolah yang sebenarnya adalah kegiatan ekstrakurikuler, yaitu ketika para siswa berhimpun mengelola kegiatan yang menantang. Hal ini sangat berbeda dengan sekolah umum, di mana para gurunya memikirkan nilai ujian terbaik. Padahal, mereka menjadi pemimpin karena gemblengan kegiatan, bukan karena nilai ijazah yang tinggi.
Semua sekolah dan kampus menyediakan dua kegiatan, yaitu kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar yang wajib diikuti semua siswa. Sementara ekstrakurikuler—pada umumnya—tidak wajib diikuti oleh siswa atau mahasiswa. Para siswa dan mahasiswa yang lulus dengan nilai terbaik adalah terbaik dalam kegiatan kurikuler. Sementara ekstrakurikuler tidak ada ijazah-nya. Padahal, mereka yang di kemudian hari lebih matang menjadi pemimpin biasanya adalah mereka yang aktif dan rela menyisihkan waktunya untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan visi mencetak pemimpin masa depan, SMA ini justru mendidik siswanya dengan kegiatan ekstrakurikuler yang sangat padat, sejak dini hari hingga malam.
Pelajaran penting untuk pada siswa dan mahasiswa yang belajar di sekolah umum adalah jangan hanya belajar di kelas. Pelajaran yang nantinya sangat berharga di masa depan adalah ketika aktif di kegiatan ekstrakurikuler melalui gemblengan mental, baik dalam Pramuka, OSIS, BEM, Pencinta Alam, maupun organisasi lainnya.
Bagi para pendidik dan pengelola lembaga pendidikan yang bercita-cita menghasilkan lulusan yang kelak jadi pemimpin, cobalah mempertimbangkan cara-cara menghasilkan pemimpin yang efektif. Jika sekolah bangga karena nilai kelulusan akademik, percayalah, hal itu tak banyak menghasilkan pemimpin yang baik. Bung Karno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, dan para pemimpin hebat lain di masa perjuangan kemerdekaan adalah hasil dari gemblengan mental di organisasi pejuang dan tantangan situasi di masa penjajahan, bukan dari ketekunan mereka belajar di kelas. ***

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752

Achmad : 0896 1748 4158

Alamat : Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520 Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408 No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama BCA : 733 030 1681 MANDIRI : 126 000 2074 119

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>