Motivasi: Pohon Setan

Motivasi, kepemimpinan ,motivasi, pemikiran positif, tanggung jawab, tindakan

Pohon Setan

Niat baik bisa mengalahkan tipu daya setan, niat buruk justru ditemani setan

Alkisah, terdapatlah sebuah pohon tua dan besar di suatu desa, yang dikenal angker. Penduduk menyebutnya Pohon Setan. Orang-orang yang beteduh di bawah pohon rindang tersebut sering mendapat gangguan. Ada yang pingsan, ada yang jatuh sakit, ada yang kesurupan, ada pula yang kehilangan dompet beserta isinya.
Melihat situasi ini, seorang pemuda desa tergerak untuk berbuat sesuatu. Ia berpikir, daripada membuat warga resah, lebih baik pohon besar itu ditebang saja.
Mendengar gagasan tersebut, banyak warga lain yang menentang, termasuk orang tuanya. Mereka khawatir, jika pohon itu ditebang, pemuda itu akan celaka akibat ulah Setan di balik pohon itu. Bahkan ada yang khawatir seluruh warga desa akan ikut diganggu oleh Setan jika pohon itu ditebang.
Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia memutuskan untuk bertindak menebang pohon daripada keresahan warga terus berlanjut. Dengan tekad bulat ia berangkat membawa kampak menuju ujung desa untuk menebang Pohon Setan.
Sesampainya di depan pohon, ia langsung mengayunkan kampaknya. Melihat ada pemuda yang gagah berani, Setan mulai khawatir. Untuk itu, setelah beberapa ayunan, Setan penunggu pohon segera menampakkan diri.
“Tolonglah pemuda, ini tempat tinggal saya. Jangan diganggu,” kata si Setan.
“Tidak bisa! Justru kamu yang telah membuat warga di sini resah. Kamu harus mencari tempat baru, bukan di desa ini tempatmu!” tegas pemuda.
Melihat pemuda tidak bisa dibujuk, akhirnya Setan berkata, “Baiklah, saya akan memberikan penawaran terbaik. Saya akan kasih kamu uang 500 juta, yang bisa kamu pakai untuk keperluan masa depanmu. Saya berjanji tidak akan menggangu warga desa ini lagi.”
Pemuda itu berpikir sejenak. Setelah menimbang janji Setan penunggu pohon untuk tidak menggangu warga, plus bonus uang 500 juta, ia pun menerima penawaran si setan disertai syarat agar kejadian ini tidak diketahui oleh warga desa. Dengan senyum kemenangan, Si Pemuda pulang membawa segepok uang.
Sesampainya di rumah, ia membuka tas berisi uang pemberian Setan penunggu pohon. Ternyata uang tadi sudah berubah menjadi lembaran daun dan kertas koran. “Dasar setan penipu!” umpatnya dengan nada yang sangat marah. Kali ini, senyum kemenangannya sudah sirna berganti menjadi amarah.
Tanpa banyak kata, pemuda desa ini segera kembali ke Pohon Setan sambil membawa kampak untuk menebangnya.
Singkat cerita, sesampainya di pohon besar itu, si Setan ternyata sudah siap menyambutnya.
Pemuda langsung mengayunkan kampak, tapi badannya langsung loyo, terjatuh tanpa daya. Setan pun berkata, ”Hai pemuda, kamu tadi ke sini membawa niat baik untuk melindungi warga desa sehingga saya kalah. Tapi kali ini, kamu membawa amarah karena urusan uang. Untuk niat kamu sekarang ini, saya mudah menaklukanmu, hahahahaha!”
Si Pemuda pun tersenyum kecut. Ia baru menyadari, bukan Setan yang salah, melainkan dirinya yang mudah dibujuk setan. Apa yang dikhawatirkan warga bahwa ia tidak mampu melawan setan menjadi kenyataan. “Ya, Tuhan, ampunilah hamba,” bisiknya dalam hati.
Begitulah pelajaran tentang niat, yang saya sadur kisahnya dari Dr Soehadji. Pekerjaan yang sama akan membuahkan hasil yang berbeda, jika niatnya berbeda. Niat baik bisa mengalahkan aksi tipu daya setan. Sebaliknya, niat buruk akan ditemani setan.
Niat baik juga perlu disertai tekad yang kuat. Cobalah berniat merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Misalkan menghentikan kebiasaan merokok. Jika tidak disertai tekad yang kuat, sangat sulit menjadikannya kenyataan.
Meskipun berniat naik, naik ke puncak gunung saja memiliki tingkatan mental yang berbeda-beda. Ada yang masuk dalam kategori mental quitter, belum memulai sudah menyerah dengan mencari seribu alasan untuk tidak naik ke puncak. Ada mental camper atau pekemah, yang di tengah jalan sudah berhenti dan memilih berkemah di tangah jalan sebelum sampai puncak, dengan alasan “di sini sudah cukup nyaman”. Ada mental climber (pendaki), yang berniatan kuat dalam meraih impian. Mereka akan menjadi pendaki sejati hingga mencapai puncak gunung. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat dengan mudah menemukan 3 jenis tipe manusia dalam meraih cita-cita sebagaimana tipe pendaki gunung tersebut.
Niat baik dapat berubah menjadi keburukan jika yang bersangkutan tidak tahan goncangan. Contohnya pemuda desa tadi. Jika sejak awal dia meyakini bahwa setan mempunyai seribu satu cara untuk menjerumuskan manusia, tentunya pemuda desa tersebut tidak terpengaruh oleh janji setan untuk memberi hadiah jutaan rupiah. Sayangnya, pemuda desa tergelincir oleh iming-iming harta.
Saat ini, kita bisa melihat, banyak aktivis pembela kejujuran dan kebenaran bisa tergoda oleh miliaran uang sehingga harus berurusan dengan KPK.
Jadi, jika ingin memperjuangkan sesuatu, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar. ***

 

Sumber : Buku MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI -Bambang Suharno

Harga buku : Rp. 90.000 belum termasuk ongkir.

Pesan buku Hubungi:

Wawan : 0856 8800 752
Aris : 0856 1555 433
Achmad : 0896 1748 4158

Alamat :
Jln. Rawa Bambu, Gedung ASOHI – Grand Pasar Minggu No.88 A, Jakarta Selatan 12520
Telp : 021-782 9689, Fax : 021-782 0408

No. Rek : PT Gallus Indonesia Utama
BCA : 733 030 1681
MANDIRI : 126 000 2074 119

Koleksi Buku GITAPustaka juga kini tersedia di BUKALAPAK (https://www.bukalapak.com/u/gitapustaka?from=dropdown)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>