FOKUS: Wet Dropping yang Selalu Bikin Pening

Wet Dropping yang Selalu Bikin Pening

Wet Dropping yang Selalu Bikin Pening

Jika mendengar kata wet dropping, siapa yang tidak geregtan? Kondisi tersebut dijamin akan membuat geger semua karyawan di suatu peternakan. Bukan hanya itu, supplier pakan juga pasti adalah sasaran utama bila wet dropping terjadi.

Kotoran basah atau wet dropping, seringkali masih terjadi di peternakan unggas, baik broiler maupun layer. Kejadian wet dropping bukanlah suatu diagnosis penyakit, melainkan suatu gejala dari sebuah penyakit.

 

Masalah Klasik yang Residivis

Wet dropping merupakan salah satu permasalahan klasik pada peternakan unggas di negara tropis seperti Indonesia. Kondisi iklim yang hangat dan lembab, sistem pemeliharaan yang masih sederhana dan tingkat stres lingkungan yang tinggi, merupakan beberapa faktor yang kerap kali menjadi trigger kejadian wet dropping.

Beberapa ahli mengatakan bahwa wet dropping merupakan keadaan dari gejala penyakit non-infeksius yang disebabkan karena faktor eksternal (lingkungan) dan intrinsik (kelebihan ekskresi air). Ada juga yang menyebut kejadian ini dapat disebabkan karena infeksi mikroba patogen pada saluran pencernaan, akibatnya terjadi gangguan penyerapan nutrisi. Berbagai mikroba seperti virus, bakteri, parasit bahkan mikotoksin, ditengarai dapat menunujukkan gejala klinis berupa wet dropping.

Menurut CEO PT Fenanza Putra Perkasa, Drh Isra Noor, kausa multifaktorial dapat menyebabkan wet dropping, namun biasanya yang pertama kali akan disalahkan adalah pakan. “Itu kalau sampai ada kejadian wet dropping pasti yang pertama kali langsung “ditembak” pabrik pakannya, pusing deh pasti Technical Support-nya,” tutur Isra.

Namun begitu, wet dropping tidak melulu masalah kecocokan pakan, lanjut Isra, perlu banyak hal yang diperiksa dalam mendiagnosis penyebab utama kasus tersebut. “Banyak faktornya, bisa saja ada penyakit infeksius. Tidak bisa men-judge begitu saja, nah ini yang harus membuat kita di lapangan lebih sabar menghadapinya, agak tricky juga sih,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti dari Balitnak Ciawi, Prof Budi Tangendjaja. Menurut dia selain pakan, yang kerap terjadi adalah kelalaian dalam manajemen kandang. “Kontrol suhu, kelembaban dan densitas (kepadatan) ayam di dalam kandang juga penting itu. Kalau tidak pasti akan menyebabkan ayam kena heat stress. Kalau sudah begitu ayam lebih banyak minum daripada makan. Kompensasinya feses yang di keluarkan konsistensinya lebih cair,” ujar Prof Budi.

Kendati demikian, ia juga kembali mengingatkan kepada para produsen ternak terkait keseimbangan formulasi pakan. “Saya selalu ingetin ke produsen pakan, kalau konsentrasi mineral seperti natrium, kalium, magnesium dan klorin terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan asupan air yang berlebihan. Selain itu, jangan lupa juga kalau formulasi pakan yang kaya akan serat terutama sumber karbohidrat bukan pati (NSPs) dapat meningkatkan perlekatan makanan dalam saluran pencernaan, sehingga lebih banyak cairan yang keluar. Jangan lupa juga, protein terlalu tinggi akan masalah kaya gini akan terjadi, enggak selalu proteinnya tinggi akan bagus, ingat itu. Jadi harus benar itu,” jelasnya.

Sedangkan menurut Drh Arief Hidayat dari PT Mensana Aneka Satwa, mengemukakan harus bisa membedakan antara wet dropping dan diare. “Beda antara wet dropping dan diare, harus bisa membedakan itu. Kalau wet dropping itu feses ayam cuma jadi lebih cair dari biasanya, tetapi masih terlihat komponen padatnya. Kondisi ayam pun biasanya masih terlihat sehat. Kalau diare komponen padat di fesenya sudah tercampur dengan komponen cair, sehingga terlihat lebih homogen. Terkadang kotoran sampai berubah warna seperti kecokelatan, banyak asam uratnya dan bertekstur seperti pasta. Selain itu, pada kondisi diare, ayam biasanya terlihat enggak sehat, lemas dan defekasinya sering,” ungkap Arief.

Hal ini bukannya tanpa alasan, menurut Arief, keahlian dalam membedakan hal tersebut bagi seorang dokter hewan adalah penting. Karena nantinya dari gejala klinis yang terlihat tindakan yang diambil dan hal yang diinvestigasi akan berbeda.

“Inilah kenapa dokternya juga harus lebih pinter, soalnya kalau salah membedakan nanti tindakan yang diambil juga beda. Maka dari itu harus lebih teliti kalau ketemu kasus dengan gejala klinis seperti itu,” ucapnya.

 

Efek Domino Wet Dropping

Kasus wet dropping atau diare jika tidak segera “dipadamkan” pemicunya akan berbuntut panjang dan sangat merugikan. Karena kotoran terlalu basah, yang paling berimbas dan jamak terjadi adalah kondisi litter basah. Dikala kondisi litter tidak optimal, maka akan sangat berpengaruh terhadap performa ayam.

Contoh kasus saat litter basah, baik karena tumpahan air maupun wet dropping, akan menjadi penyebab munculnya penyakit-penyakit pernapasan akibat kadar amonia yang tinggi. Hal tersebut karena amonia bersifat iritan pada mukosa pernapasan. Dari iritasi tersebut, bakteri-bakteri patogen yang ada di kandang semakin mendapat “angin segar” untuk menginfeksi saluran pernapasan ayam.

Parahnya lagi saat masa brooding, kondisi litter basah ini akan menjadikan anak ayam kedinginan meskipun suhu brooding telah diatur sesuai kebutuhan. Hal ini disebabkan organ sensoris suhu yang terdapat pada kaki ayam akan mendeteksi dingin (karena litter basah). Akibatnya ayam malas untuk makan dan akhirnya pertumbuhan menjadi terhambat.

Di peternakan layer, apabila terjadi kasus wet dropping tentunya akan lebih menarik bagi lalat untuk bertelur di tumpukan feses karena lebih lembab. Peternakan akan menjadi banyak lalat dan tentunya kejadian penyakit infeksius yang mendompleng lalat sebagai vektornya akan meningkat kemungkinannya.

Drh Agus Pranoto dari Jatinom Group mengatakan, bahwa kadar amonia yang tinggi di kandang bukan hanya membahayakan ayam, tetapi juga pegawai kandang. “Ketika amonia sudah melebihi ambang batas, selain baunya tidap sedap, ayam jadi sering cekrek (ngorok) yang kerja juga tidak nyaman,” kata Agus.

Oleh sebab itu, ia kerap mengimbau peternak mitra agar lebih telaten dalam manajemen pemeliharaan. “Mungkin kita juga tidak bisa maksa ke peternak kalau masalah seperti ini, tapi peternak juga harus pintar. Minimal kalau sekam sudah basah dilakukan pembolak-balikan atau diganti baru, yang penting ayamnya sehat. Kalau memang ada tambahan cost untuk itu ya ora popo-lah,” ucap dia.

Karena masalah ini sudah sangat klasik dan seringkali terjadi, oleh karenanya dibutuhkan kejelian dalam menginvestigasinya. Sambil menginvestigasi, tidak ada salahnya membenahi manajemen pemeliharaan, utamanya pada musim kemarau dimana suhu sedang tinggi dan ayam cenderung lebih banyak minum, sehingga kasus wet dropping lebih sering terjadi. Karena satu kali saja wet dropping terjadi, imbasnya akan mengurangi keuntungan dan merugikan peternak. Jangan anggap remeh masalah wet dropping sebelum keuntungan terbanting. (CR)

Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>