Fokus: Paska Bebas AGP Tetapi Belum Bebas Kutu Frangky

Bebas AGP_10

Paska Bebas AGP Tetapi Belum Bebas Kutu Frangky

Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam faktanya dijumpai disemua kalangan peternak. Baik pada budidaya dengan kandang open house ataupun closed house, bahkan pada area budidaya di pegunungan maupun daerah pantai. Samar-samar kerugian usaha pun tergerogoti hama pengganggu itu. Bebas AGP dan biosekuriti ketat belum membebaskan kandang dari hama kutu frangky.

Budidaya ayam tanpa AGP (Antibiotic Growth Promotor) telah efektif berlaku sejak 1 Januari 2018, implementasi nyata dari regulasi pemerintah seputar pelarangan penggunaan AGP yang di campur dalam pakan, secara formal sudah termaktub secara lengkap dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Kriteria obat hewan yang dilarang tercantum dalam pasal 15 ayat 1. Kebijakan tersebut sesuai dengan amanat UU No. 18/2009 juncto UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Seiring dengan adanya regulasi tersebut, maka semua peternak berbenah diri. Tidak hanya sekedar mencari alternatif pengganti AGP seperti probiotik, prebiotik, acidifier, penggunaan tambahan enzim, penggunaan berbagai macam penggunaan sediaan herbal/produk fitogenik (esensial oil) dicampur dengan beberapa asam organik (Gambar 1), bahkan pelaksanaan tingkat biosekuriti di farm pun harus semakin ekstra ketat (bahkan sejak awal kosong kandang sampai pencucian kandang, hingga masa budidaya ayam berakhir) (Gambar 2).

Tidak hanya itu, bagi peternak yang sudah bisa menutup kerugian usahanya dengan harga daging ayam berada di atas HPP (Harga Pokok Produksi) dan mempunyai tabungan lebih, tidak jarang mereka berbondong-bondong memodifikasi kandangnya.

Bagi kalangan peternak yang memiliki kandang terbuka yang terbatas keuntungan usahanya, mereka malakukan berbagai macam upaya untuk memodifikasi kandangnya, yakni dari penggunaan tambahan kipas, plafonisasi atap, penggunaan waring untuk meminimalisir kepadatan semu, serta dampak buruk adanya cekaman cuaca ekstrim panas (Gambar 3), bahkan penggunaan misting (partikel air kabut yang dihasilkan oleh spuyer lembut dengan pompa bertekanan) (Gambar 4). Di sisi lain para peternak yang mempunyai anggaran yang cukup, tidak tanggung-tanggung langsung menyulap kandangnya dari open house menjadi semi closed house (tunel), bahkan langsung ke full closed house dengan evaporative cooling system. (Gambar 5)

 

Gambar 1

Bebas AGP_1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2

Bebas AGP_2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3

Bebas AGP_3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4

Bebas AGP_4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 5

Bebas AGP_5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hama Pengganggu

Namun di sisi lain, ada aspek pencetus penyakit terselubung yang banyak dilupakan oleh para peternak. Apakah itu? Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam.

Di peternakan ayam, hama pengganggu berasal dari kelompok Arthropoda. Hama ini sering disebut dengan istilah ektoparasit. Secara umum berdasarkan sifatnya, ada dua jenis ektoparasit:

  1. Obligat, adalah hama yang selalu berada bersama inangnya. Menghabiskan seluruh siklus hidup pada bulu dan rambut inangnya. Contohnya kutu penghisap (Anoplura).
  2. Fakultatif, adalah hama yang sebagian besar hidupnya berada di luar inangnya. Ektoparasit yang bersifat fakultatif akan datang dan mengganggu inangnya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukan. Contohnya kutu busuk, kutu frangky.

 

Kutu kandang frangky (dark beetle) termasuk dalam kelas insekta (serangga), yang masih tergolong kumbang, namun masyarakat mengenalnya sebagai kutu frangky (Gambar 6). Karakter hidupnya berkelompok dalam jumlah yang banyak terutama di tempat-tempat yang lembab dalam area kandang ayam. Tempat hidup favoritnya ada di litter/manur (di sekam yang terdapat pakan ayam dan kotoran ayam), gudang pakan dan sering bersembunyi pada lantai kandang yang berlubang ataupun tiang kandang yang keropos.

 

Gambar 6

Bebas AGP_6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Siklus hidup kutu betina dewasa meletakkan telurnya pada alas kendang (litter), atau kolong kandang, gudang pakan, hingga tempat bangunan lain yang relatif lembab di area peternakan. Biasanya di celah retakan lantai kandang atau pangkal tiang kandang yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk dan berongga. Telur ini berukuran sangat kecil, berwarna krem keputihan. Kemudian dengan kondisi suhu dan kelembaban tertentu telur ini kemudian akan menetas dalam waktu 3-6 hari menjadi larva. Larva berwarna kekuningan sampai kecoklatan (Gambar 7.b). Larva ini mampu menembus retakan-retakan lantai, kayu-kayu kendang, panel listrik bahkan selubung kabel (Gambar 7.a). Hal terburuk adalah berpindahnya fase larva ini dari satu bangunan ke bangunan lain dalam area peternakan. Setelah itu larva akan berubah menjadi pupa dalam hitungan jam-hari, stadium pupa ini berlangsung 3-10 hari untuk berubah menjadi dewasa. Frangky dewasa mampu hidup selama tiga bulan sampai satu tahun. Setelah kutu jantan dan betina kawin, 15 hari kemudian akan bertelur dan masing-masing betina akan bertelur ± 2.000 butir, (Soulsby, 1982).

 

Gambar 7.a

Bebas AGP_7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.b

Bebas AGP_8

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Secara umum siklus hidupnya sangat di pengaruhi oleh suhu dan kelembaban yang sesuai. Semakin tinggi kondisi tersebut secara bersamaan maka akan semakin cepat perubahan dari telur menjadi dewasa. Meskipun belum ada penelitian yang memastikan pada suhu dan kelembaban berapa puncak tertingginya perubahan stadium dari telur ke dewasa.

 

Dampak Kerugian

Kutu kandang frangky ternyata mempunyai dampak yang sangat merugikan, tidak hanya berdampak pada ketidaknyamanan ayam,  lebih fatal lagi juga dapat menyebarkan penyakit. Beberapa jenis penyakit yang di tularkan oleh kutu diantaranya adalah E. Colli, Fowl Pox, Salmonella, Gumboro, Koksidia, Aspergilosis dan lain sebagainya (Kettle, D.S 1984). Adanya kutu frangky di sekitar peternakan cukup mengganggu secara langsung dan secara tidak sengaja dapat terpatuk oleh ayam. Peneliti membuktikan kutu frangky merupakan vektor penyakit dan reservoir beberapa agen penyakit seperti Acute Leucosis (Marek’s disease), Escherichia coli, Fowl pox, Salmonella spp dan inang antara cacing pita pada unggas.

Beberapa contoh penyakit yang bersumber pada kontaminasi yang berasal dari kutu:

 

  1. 1.    Marek’s

Rata- rata menyerang unggas berumur 3-4 bulan. Ancaman ini sangat rentan pada breeding farm ayam broiler dan layer. Kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 2% dari satu populasi ayam perhari dan tingkat kematian dalam satu minggu bisa melebihi 30% dari jumlah populasi. Farm tersebut akan sulit untuk lepas dari wabah ini dari tahun ke tahun, karena frangky menjadi residu kontaminasi. Kutu frangky memakan bangkai unggas yang mati karena penyakit Marek’s dan hal ini mengakibatkan kutu frengki terkontaminasi penyakit Marek’s. Penyakit akan menular jika kutu frangky dewasa yang terkontaminasi termakan oleh unggas. Demikian seterusnya hingga berganti siklus ayam periode berikutnya, (Falomo, 1986).

  1. IBD/Gumboro

Gumboro adalah penyakit virus yang menyerang organ limfoid primer (bursa fabricius) pada ayam. Tingkat kematian yang bervariasi antara 2-30% bisa terjadi. Apalagi ada infeksi sekunder yang mengikutinya, mengingat penyakit ini bersifat imunosupresi (menekan kekebalan tubuh ayam). Virus ini mampu hidup dan bertahan lama sepanjang kehidupan frangky dan mempunyai potensi menularkan dari satu ayam ke ayam yang lain, bahkan dari satu siklus pemeliharaan ayam ke siklus pemeliharaan baru untuk broiler.

  1. 3.    Salmonella

Penyakit ini merupakan penyakit yang menjadi focus monitoring feed and food safety di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Selain berdampak pada kesehatan saluran cerna ayam, akan berpengaruh ke kualitas karkas yang dihasilkan, (Leffer,2010). Kutu frangky sebagai reservoir biologis dari penyakit ini perlu mendapatkan kewaspadaan ekstra.

  1. 4.    E. Colli

Bakteri patogen ini berdampak fatal terutama pada kesehatan ayam. Adanya penebalan pada selaput hati ataupun jantung bahkan keduanya, bisa mengakibatkan kematian berkisar 10-56%. Apalagi sudah ada kombinasi dengan Mycoplasma. Lagi- lagi kutu frangky bisa menjadi vektor terhadap penyebaran dan penularannya terhadap ayam, bahkan flok dalam satu farm.

  1. Koksidia

Penyakit yang disebabkan oleh genus Eimeria ini juga akan menggerogoti kantong peternak. Dari gejala klinis (diare berdarah oleh E. tenella), ataupun non-klinis (pertambahan berat badan ayam yang buruk), kutu frangky kembali menjadi hewan carrier (pembawa). Sehingga pemberantasan kutu sampai benar-benar tuntaslah yang akan sangat signifikan membantu menurunkan kasus kosidia yang tiap periode muncul dalam suatu farm.

  1. Kerugian lain

Dampak kerugian lain kehadiran kutu frangky adalah turunnya company image ketika ayamnya masuk ke branding-branding RPA (Rumah Potong Ayam) ternama yang mensuplai modern market. Bisa dibayangkan pada saat di RPA saluran pencernaannya terdapat banyak kutu bahkan larva. Akibat terburuknya adalah RPA tidak mau mengambil ayam dari peternak memiliki masalah kutu franky di kandangnya. (Gambar 8)

 

Gambar 8

Bebas AGP_9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Sumber: Tony Unandar)

 

Pengendalian Kutu Frangky

Tidak mudah untuk memberantasnya. Namun dengan memperhatikan hal-hal detail yang terdapat di lingkungan kendang akan bisa menurunkan jumlah kutu yang ada secara signifikan, diantaranya melakukan beberapa hal berikut:

  1. Kebersihan halaman dan teras kandang dijaga, lakukan pemotongan rumput secara teratur.
  2. Drainase yang bisa meminimalisir adanya genangan air, sehingga tidak menambah kelembaban yang memungkinkan kutu franky berkembang.
  3. Pinggir kandang selebar 2 m dibeton untuk lebih memudahkan monitoring kutu.
  4. Kebersihan mess karyawan dan gudang.
  5. Tata kelola limbah kotoran ayam, sekam bercampur kotoran yang lembab/basah segera dijauhkan dari kendang agar tidak menjadi tempat berbiak sumber infeksi penyakit lain.
  6. Segera lakukan perbaikan lantai kendang jika sudah retak/rusak, karena kondisi ini tempat nyaman kutu franky berkembang biak.
  7. Kayu-kayu yang sudah mulai keropos segera di ganti, kayu yang berlubang atau bercelah bisa di tutup vurnish ataupun cat kayu, sehingga tidak menjadi tempat berbiak kutu franky.
  8. Monitor setiap kali ganti periode pemeliharaan ayam lebih rinci seputar kebersihan kandang, lingkungan, gudang, mess, bahkan area parkir kendaraan.
  9. Kontrol sekam, lakukan treatment insektisida terlebih dahulu sebelum ditebar.
  10. Lakukan pemberantasan kutu frangky dengan jenis spektrum insektisida yang tepat, seperti polythion, cipermetrin, diflubenzuron, dan lain-lain.

 

Dari penjelasan di atas, semakin jelas bahwa ancaman terhadap efisiensi usaha harus semakin rinci dan detail. Termasuk hal-hal yang terkait dengan aspek biosekuriti, hingga yang berhubungan dengan mengontrol vektor pembawa penyakit. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk tumbuh dan berkembangnya usaha, selain menjaga agar ayam tetap sehat dan tumbuh optimal, juga untuk menjaga company image terhadap kelayakan daging yang akan di pasarkan. ***

Drh Eko Prasetio

Private Commercial Broiler Farm Consultant

 Sumber: www.majalahinfovet.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>