Opini: PENYAKIT PADA OTAK SAPI

sapijoko

PENYAKIT PADA OTAK SAPI

Oleh : drh Joko Susilo

Dalam perkembangan peternakan, akhir-akhir ini ada laporan kematian sapi sapi baik yang dikelola ekstensif terintegrasi dengan perkebunan sawit atau yang dikandangkan secara intensif. Sapi-sapi tersebut dilaporkan mati dengan gejala syaraf, dengan kepala berputar putar, sempoyongan, dengan atau tanpa gejala kejang.

Beberapa sampel diperiksa dengan hasil positif Trypanosoma atau dikenal dengan penyakit Surra. Namun sesungguhnya ada berberapa jenis penyakit yang menyerang pada sistem syaraf pusat sapi. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau  karena defisiensi atau keracunan unsur non pakan. Masing-masing pathogen memiliki penyebab, epidemiologis, gejala klinis, gambaran makroskopis dan mikroskopis yang terkadang berbeda dan spesifik.

Bovine spongiform encephalopathy (BSE) yang sering kita kenal sebagai penyakit sapi gila ini disebabkan oleh protein aktif yang dikenal sebagai prion. Penyakit ini bisa terjadi secara sporadik pada negara terinfeksi BSE dikarenakan konsumsi meat and blood meal berasal dari sapi yang mengandung prion serta terjadi pada sapi dewasa umur lebih dari 4 tahun.

Gejala sapi yang mengalami penyakit ini memiliki perilaku tidak normal, bergerak tidak teratur, tidak mampu berdiri, lemah dan kemudian mati. Pada gambaran histopathologinya; terjadi degenerasi berbentuk sponge (terlihat banyak bolong-bolong) pada batang otak dan menciri pada bagian obex.

Beberapa tahun ini kami mendapatkan beberapa laporan kematian sapi karena gigitan anjing. Setelah kami lakukan investigasi dan pengujian laboratorium disimpulkan bahwa kematian sapi-sapi tersebut disebabkan oleh rabies ditularkan oleh gigitan anjing liar, atau anjing penjaga ternak yang terinfeksi rabies.

Rabies disebabkan oleh Rhabdoviridae, kejadian penyakit bersifat sporadik. Gejala sapi yang terkena rabies; biasanya hipersalivasi, takut pada air minum, kejang, paralisa syaraf, terlentang, koma dan mati. Gambaran histopathologinya non-suppurative encephalitis ringan, ditemukan negeri bodies pada sel-sel purkinje otak kecil (cerebellar).

Mengingat program pemerintah yang sangat perhatian untuk pembebasan rabies pada 2020 maka dihimbau masyarakat pemilik anjing untuk proaktif mengikuti program vaksinasi rabies. Anjing dimanfaatkan sebagai penjaga ternak dan bukan sebagai penyebab penularan penyakit ke sapi.

Penyakit tidur (Sleeping disease) disebut juga sebagai infectious thromboembolic meningoencephalitis  pada sapi yang disebabkan oleh Histophilus somni (Haemophilus somnus). Epidemiologi penyakit ini terutama terjadi pada kelompok sapi penggemukan dengan berat 350-500 kg, bersifat epidemic, pada negara yang memiliki 4 musim dan kejadiannya meningkat pada winter season, disertai dengan gejala pernafasan.

Gejala sapi dengan penyakit ini meliputi demam mendadak, ataksia, paralisa alat gerak, rebah dorsal atau ventral, lethargy, koma dan mati. Pada nekropsi akan terjadi perdarahan hebat dan ditemukan banyak cairan cerebrospinal pada meninges dan otak besar serta terjadi pneumonia.

Histopathologinya: purulent encephalitis bercampur dengan gumpalan darah (thrombus) pada otak besar (cerebrum), spinal cord, serta terjadi keradangan selaput otak (meningitis). Suppurative pneumonia berkombinasi dengan multiple necrosis coagulatif terlihat seperti lebah.

Circling disease disebabkan oleh Listeria monocytogenes, penularannya bersifat sporadic atau epidemic, terjadi pada sapi yang mengkonsumsi silase daun jagung  dalam jangka waktu lama, dan terjadi pada akhir musim semi. Gejala klinisnya; paralysis pada satu sisi syaraf muka, salivasi, berjalan sempoyongan, dan mati. Histopathologinya: terjadi mikroabses multifocal (infiltrtasi/akumulasi neutrofil) pada batang otak, disertai perivaskular cuffing (infiltrasi/akumulasi sel radang di sekitar pembuluh darah otak), lesi terjadi hanya satu sisi di sisi kanan atau kiri.

Abses otak disebabkan oleh beberapa infeksi bakteria dan menyerang pituitaria. Biasanya terjadi secara sporadik dan terjadi pada sapi dewasa, sering tanpa riwayat atau terjadi setelah infeksi yang bersifat suppuratif. Gejala klinis sapi dengan abses pada otak akan terlihat sangat aktif mencari makan dan minum, disfagia, sapi akan mengalami paralisis pada lidah, dan tenggorokan. Pada kasus abses di daerah pituitaria, tidak akan terjadi infeksi sistemik ke organ penting lainnya. Abses hanya terjadi pada jaringan sekitar pituitaria, sementara cairan cerebrospinal terlihat  normal.

Star looked disease disebabkan karena defisiensi thiamin (vitamin B1) disebut juga cerebral cortex necrosis. Sering terjadi pada beberapa sapi pada saat yang sama atau terjadi secara terus-menerus, rata-rata terjadi pada sapi umur 4-18 bulan dan sering bersamaan dengan perubahan pakan.
Gejala klinis meliputi kepala sapi menengadah ke atas seperti posisi melihat bintang, gejala sistem saraf pusat dari demam, opisthotonus, kebutaan, rotasi kedua bola mata, sempoyongan, koma dan mati. Pada saat nekropsi akan bagian kortek otak besar memiliki tekstur yang lebih lunak. Perubahan histopatologi meliputi: necrosa pada gray matter cerebral cortex, ischemia dan necrosa sel syaraf, infiltrasi jaringan lemak, serta hyperplasia  pembuluh darah.
Chewing disease disebabkan oleh keracuan lead karena konsumsi lead pada pakan. Dapat terjadi pada individu atau kelompok sapi dengan konsumsi pakan yang sama. Pada saat investigasi kasus, akan ditemukan adanya lead pada pakan. Gejala klinis sapi gemetar, kebutaan, lunges ke depan, berjalan tanpa tujuan, sempoyongan, sering kali dengan eksresi busa air liur, dan bruxism.

Temuan makroskopis akan terlihat erosi pada lidah, sehingga sapi mengalami hipersalivasi. Perubahan histopatologi meliputi perubahan spongiform di otak bagian atas, pembengkakan endotel pembuluh darah, pembengkakan astroglial, nekrosa dan iskemik neuron. Terjadi nekrosa laminar korteks serebral dalam kasus-kasus kronis . Epitel tubulus dan ditemukan inklusi intranuklear eosinophilic dalam osteoklas.

Sumber: www.majalahinfovet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>